Pemahaman tentang baptisan dikalangan umat Kristiani
membawa kontroversi akibat beda pendapat
tentang cara pelaksanaan baptisan tersebut.
Ada pihak yang berpedoman pada arti kata “Baptis” yang berasal
dari kata “Baptizo/BaptissΩ”, bentuk kata kerja dari kata “Bapto” yang berarti tenggelam
atau di tenggelamkan.
Yeremia Rim
dalam Pelajaran Alkitab GKPB mengatakan bahwa kata “Bapto” bahasa Yunani
diambil dari bahasa Gerika yang berarti tenggelam atau ditenggelamkan.
Kamus Alkitab terbitan
LAI mengatakan Baptis atau Pembaptisan adalah:
-
Upacara tanda masuk kedalam suatu kelompok atau
Persekutuan tertentu
-
Pembersihan dari dosa-dosa
Namun pihak lain
tidak terikat dengan cara pelaksanaan yang harus leterlek mengikuti arti kata “Baptizo/BaptissΩ”, karena
menganggap cara bukan hal yang utama, tetapi substansi dari Baptisan itu yang lebih diutamakan.
Bertolak dari arti kata “Baptizo/BaptissΩ” di atas, perlu disimak penggunaan kata tersebut dalam
berbagai situasi dan kondisi tertentu, baik menurut Alkitab bahasa Indonesia
maupun kitab Perjanjian Baru bahasa Yunani, misalnya pada ayat-ayat tersebut di
bawah ini:
- I Korintus 10 : 2
“….untuk menjadi pengikut Musa, mereka semua
telah di Baptis dalam awan dan dalam laut”.
Dalam teks Yunaninya kata “dibaptis” dalam ayat
ini menggunakan kata “ebaptistesan, bentuk aorist indikatif pasif dari kata
“Baptizo/BaptissΩ”, sedangkan faktanya umat
Israel yang menyeberangi laut merah/Tiberau berjalan ditanah kering dan mereka
tidak tenggelam dalam laut maupun dalam awan.
Hal ini
membuktikan bahwa kata “Baptizo/BaptissΩ” tidak hanya
berarti tenggelam atau ditenggelamkan, karena dalam ayat ini diberlakukan juga
untuk keadaan yang tidak tenggelam.
Dengan demikian pelaksanaan Baptisan dengan
pemahaman yang leterlek harus mengikuti arti kata “Baptizo/BaptissΩ”, perlu dipertimbangkan kembali .
- Ibrani 11 : 29
“Karena iman maka mereka telah melintasi laut merah sama
seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang mesir tenggelam ketika
mereka mencobanya”.
Dalam teks Yunaninya kata tenggelam dalam ayat ini
menggunakan kata “Katepontesan” berasal dari kata “Katapontiso” yang juga
berarti tenggelam.
Kedua ayat di atas ini membuktikan
bahwa kata Baptis sebagai terjemahan dari kata “Baptizo/BaptissΩ” tidak mutlak berarti tenggelam atau
ditenggelamkan,
karena untuk kondisi tidak tenggelam juga menggunakan kata tersebut.
- Ibrani 9 : 10
“Karena semua itu, disamping makanan, minuman dan pelbagai
macam pembasuhan, hanyalah peraturan-peraturan hidup insani yang hanya berlaku
sampai tibanya waktu pembaharuan”.
Dalam teks Yunaninya, kata pembasuhan dalam ayat ini menggunakan
kata “Baptismois”, bentuk datif dari kata “Baptismos yang berarti pembersihan
atau penyucian yang juga berasal dari kata “Baptizo/BaptissΩ”. Ini menunjukan bahwa kata “Baptizo/BaptissΩ” dapat juga berarti pembasuhan atau penyucian.
Bila dikaitkan dengan perikop berikutnya tentang tatacara
ibadah Umat Israel di Kemah Suci, maka ayat ini berbicara tentang penyucian
yang bersifat duniawi, sedangkan ayat 13, 19 dan 21 berbicara tentang penyucian
yang bersifat rohani.
Ibrani 9 : 13
“Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan
percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka
disucikan secara lahiriah”.
Ibrani 9 : 19
“Sebab sesudah Musa memberitahukan semua perintah hukum
taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba
jantan serta air dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan
seluruh umat”.
Ibrani 9 : 21
“Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinnya
secara demikian dengan darah”.
Kata percik dalam ayat-ayat ini, pada teks Yunaninya
mengunakan kata “Rantizo”.
Makna dari ketiga ayat ini memiliki pengertian yang sama
dengan makna yang terkandung dalam ayat 10, yaitu penyucian, walaupun ayat 10
ini bersifat lahiriah duniawi, sedangkan 3 ayat diatas bersifat rohani dalam
tata ibadah Umat Israel di Kemah Suci, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kata “Baptizo/BaptissΩ” dan “Rantizo” memiliki
pengertian dan makna yang sama dalam konteks pentahiran, oleh karena itu tidak perlu
diperdebatkan.
Umat Israel ketika hendak menghadap hadirat Tuhan di dalam
Kemah Suci, sebelum masuk mereka membasuh kaki dan tangan mereka dengan air
dalam baskom yang telah tersedia di depan pintu masuk.
Kegiatan pembasuhan ini disebut “Bapto” yang bukan berarti
tenggelam tetapi pembersihan.; Apakah tata cara pembasuhan ini ada hubungannya
dengan Baptisan Yohanes ?, mungkin saja; karena orang yang telah dibaptis itu menjadi layak
untuk menyambut kedatangan Mesias. Pembasuhan di
depan pintu masuk itu, sebagai tanda bahwa orang tersebut layak untuk menghadap
hadirat Tuhan di dalam Kemah Suci. Baptisan
Yohanes adalah realisasi
dari nubuatan Nabi Yesaya dalam Yesaya 40 : 3 yang mengatakan :” Ada suara
yang berseru-seru, persiapkan di padang gurun jalan untuk Tuhan, Luruskanlah di
padang belantara jalan raya bagi Allah kita”.
Perhatikan apa yang dikatakan Yohanes seperti tercatat
dalam Markus 1 : 4
“…demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan
menyerukan : bertobatlah dan berilah dirimu di baptis dan Allah akan mengampuni
dosa mu”.
Teks Yunaninya sebagai berikut :
“egeneto Ioannes ho baptissΩ ente
eremo, keruson baptisma metanoias eis afesin amartion”
Dari ayat ini jelas bahwa Allah
sendiri yang akan mengampuni ( menyucikan ) manusia dari dosanya, bukan air itu
yang menyucikan manusia dari dosa, jadi manusia itu menjdi layak bukan karena
air, tetapi karena Tuhan sendiri.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Yohanes memberitakan tentang
kedatangan Sang Mesias.
Markus 1 : 7-8;
·
Inilah yang
diberitakannya : “sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku;
membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak”.
·
“Aku membaptis kamu
dengan air (Ego ebaptisa ūmas/ humas ūdati/yudati ), tetapi ia akan membaptis
kamu dengan Roh Kudus (Autos de baptisei ūmas/ humas peneumati agio)”
Mengapa Yohanes tidak mengatakan ; “Aku membaptis kamu
dalam air” sehingga singkron dengan arti kata baptis / baptiso, tetapi Ia
mengatakan “Aku membaptis kamu dengan air“, hal ini memberi kesan bahwa
pelaksanaannya bukan ditenggelamkan dalam air; atau Yohanes mau memberi
penekanan bahwa makna dari baptisan itu adalah lebih penting daripada caranya .
Pertanyaan selanjutnya sampai kapan berakhirnya baptisan
Yohanes ini ?. Apakah selesainya sampai dengan telah dibaptisnya Tuhan Yesus
oleh Yohanes? Atau selesainya dengan telah terlaksananya nubuatan Yohanes dalam
Markus 1 : 8, atau berlangsung terus sampai dengan wafatnya Yohanes?
Secara yuridis baptisan Yohanes berakhir setelah Tuhan
Yesus memberikan perintah kepada murid-murid-Nya, sebagaimana
tercatat dalam Matius 28 : 19
“karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Namun pada saat itu perintah ini belum dapat dilaksanakan karena murid-murid
itu belum mendapatkan urapan untuk tanggung jawab tersebut. Oleh karna itu
sesaat sebelum Tuhan Yesus terangkat naik ke sorga, Ia berkata kepada murid-murid-Nya, sebagaimana tercatat
dalam Lukas 24 : 49 dan Kisah Para Rasul 1 : 8 :
·
“Dan
Aku akan mengirim kepadamu apa yang di janjikan Bapa-Ku; tetapi kamu harus
tinggal di kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan
dari tempat tinggi”
·
“Tetapi kamu
akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun atas kamu dan kamu akan menjadi
saksi-Ku di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung
bumi”.
Kisah Para Rasul 1 : 8 ini merupakan penegasan kembali dari
apa yang Tuhan Yesus katakan dalam Kisah Para Rasul 1 : 5b “ Tetapi tidak lama lagi kamu
akan di baptis dengan roh kudus ” yang baru
terpenuhi beberapa hari setelah Tuhan Yesus terangkat naik ke Sorga, tepatnya
pada hari raya Pentakosta dan sejak saat itu hari tersebut dirayakan sebagai
hari turunnya Roh Kudus atau baptisan Roh Kudus yang pertama.
- Kisah Para Rasul 2 : 2-4
“Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan
angin keras yang memenuhi seluruh rumah dimana mereka duduk, dan tampaklah
kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada
mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus…”.
Turunnya Roh Kudus pada murid-murid Tuhan Yesus ini,
menandakan urapan dan sekaligus sebagai baptisan Roh Kudus yang pertama kali
dimulai dari para murid itu sebagaimana yang telah dinubuatkan oleh Yohanes.
Sejak saat inilah secara resmi berakhirlah baptisan Yohanes
dan dimulainya baptisan Kristus sesuai perintah-Nya dalam Matius 28:19.
Pelaksanaannya apakah dengan cara
dipercik dengan airt atau ditenggelamkan dalam air, keduanya hanya sebagai
kiasan, oleh karena itu tidak terlalu penting, yang lebih utama adalah
bagaimana penghayatan iman terhadap baptisan tersebut; Oleh karena itu jangan
terikat pada arti kata Baptis yang dalam Alkitab tid ak mutlak digunakan sesuai
arti katanya, karena untuk kondisi tidak tenggelampun digunakan kata tersebut.
Jika seandainya pada saat itu Yohanes menggunakan bahasa Indonesia, pasti Dia
akan mengatakan :
“ Bertobatlah dan berilah dirimu
DIBASUH dan Allah akan mengampuni dosamu............” karena hakekatnya adalah
Pembasuhan atau Penyucian diri dalam arti kiasan. Dikatakan hanya sebagai
kiasan karena yang dibasuh itu hanya bagian kulit luar saja, tidak sampai ke
hati dan pikiran.
Roma 6 : 3 – 4 dan Kolose 2 : 12
merupakan salah satu materi penghayatan iman, bukan perintah baru tentang cara
pelaksanaan baptisan, perhatikan apa yang dikatakan Rasul Paulus dalam
ayat-ayat tersebut.
·
“Atau tidak
tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus telah
dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama
dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita
akan hidup dalam hidup yang baru”.
·
“ Karena dengan Dia
kamu dikuburkan dalam baptisan dan didalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh
kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah yang telah membangkitkan dia dari
antara orang mati”.
Ketiga ayat ini menjelaskan tentang kondisi iman seseorang
setelah menerima baptisan, yang mana kondisi positif ini harus dapat
dipertahankan agar iman tersebut terus bertumbuh dan berbuah; dan untuk sampai
ke tahap ini tentunya orang tersebut tidak luput dari segala macam tantangan. Ayat-ayat ini perlu dipahami secara utuh tidak berdiri sendiri terlepas
dari konteks dan motif yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut.
Dalam Roma 6, Rasul Paulus memberi tanggapan terhadap ajaran-ajaran sesat yang telah menggoyahkan iman jemaat
saat itu. Disini Paulus membela ajarannya, bahwa manusia dibenarkan oleh
imannya dan keselamatan itu adalah anugerah, bukan karena usaha manusia. Para
penentangnya mengatakan bahwa ajaran Paulus adalah sesat karena tanpa norma dan
mereka simpulkan ajaran Paulus intinya adalah :
-
Anugerah ada -
karena dosa
-
Tanpa dosa -
tidak ada anugerah
-
Jadi untuk mendapatkan
anugerah kasih karunia, manusia harus berbuat dosa
-
Makin besar dosanya,
makin besar anugerah yang didapat
Ajaran sesat ini yang memotifasi Paulus untuk menetralisir
keadaan dan meneguhkan kembali iman jemaat; jadi jelas substansinya bukan
tentang cara pelaksaan baptisan atau perintah baru tentang baptisan, tetapi
tentang iman seseorang setelah menerima baptisan, orang tersebut masuk dalam
suatu kehidupan yang baru atau mengalami hidup baru dalam Tuhan.
Sedangkan dalam Kolose 2, Rasul Paulus mengajak jemaat
untuk menentang ajaran palsu dari paham Yudaisme dan paham gnostik, yang telah
menyesatkan jemaat di Kolose, karena menurut
paham Yudaisme, bahwa sunat itu adalah syarat mutlak untuk mendapatkan
keselamatan. Sedangkan Paulus telah mngajarkan tentang sunat dalam arti yang
baru, bukan sunat secara lahiriah tetapi sunat Kristus.
Kolose 2 : 11, “Dalam dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat
yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus yang terdiri dari
penanggalan akan tubuh yang berdosa”. Sunat adalah tanda perjanjian kekal
antara Allah dengan Abraham, bahwa Allah akan memberkati Abraham (baca kejadian
17) dan dalam ayat 7 dikatakan : “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan
engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya
Aku menjadi Allah mu dan Allah keturunanmu”.
Jadi substansi dari Kolose 2 : 12 bukan tentang cara bagaimana
baptisan itu harus dilaksanakan, tetapi berbicara tentang bagaimana iman
seseorang setelah menerima baptisan, bahwa dengan baptisan itu secara iman
orang tersebut telah di adopsi menjadi anak Abraham, sehingga dia masuk dalam
perjanjian kekal antara Allah dan Abraham, dengan demikian secara rohani orang
tersebut berhak mendapat bagian dalam berkat Abraham; jadi ayat ini jangan ditafsir
terlepas dari ayat II di atasnya atau keluar dari konteksnya.
Kitab Suci mencatat, pada saat murid-murid menerima baptisan Roh Kudus pada hari pentakosta itu, 3000 orang secara
serentak memberi diri untuk dibaptis. Pertanyaannya, mengapa secepat itu mereka
mengambil keputusan memberi diri untuk dibaptis? Jawabannya, karena mereka percaya
dengan apa yang telah mereka lihat dan mereka dengar pada saat itu.
Kisah Para Rasul 2 : 33
“Dan sesudah Ia ditinggikan
oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka
dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini”.
Kisah Para Rasul 2 : 41
“Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri di
baptis dan PADA HARI ITU jumlah mereka bertambah kira-kira 3000 jiwa”.
Pertanyaannya,
bagaimana murid-murid itu membaptis manusia sebanyak itu, apakah dengan cara
ditenggelamkan atau dengan cara dipercik dengan air, bila ditenggelamkan maka
dimanakah mereka ditenggelamkan ditengah kota Yerusalem, sedangkan waktu yang
tersisa hanya sekitar 7 (tujuh) jam waktu Yahudi.
Apakah mungkin mereka digiring ke sungai Yordan yang
jaraknya sangat jauh dari kota Yerusalem? Bila dipaksakan mereka akan
membutuhkan waktu sekitar 6 (enam) jam dengan berjalan kaki, inipun kalau
tibanya bersamaan dalam satu waktu; tetapi apakah mereka memiliki kemampuan
fisik yang sama? Dan apakah mereka tidak membutuhkan waktu lagi untuk
mempersiapkan pakaian ganti dan kebutuhan lainnya untuk perjalanan tersebut,
lalu bagaimana dengan orang-orang yang datang dari daerah-daerah yang jauh di luar
kota Yerusalem?
Keadaan-keadaan
ini pasti akan mempengaruhi pendirian mereka, sehingga mungkin saja mereka
berubah pikiran dan membatalkan rencana tersebut. Atau apabila mereka sepakat
dan tidak berubah pikiran, dan tiba disungai Yordan dalam waktu yang bersamaan,
apakah mereka dapat dibaptis sampai selesai tepat waktu pada hari itu?
Apabila
pelaksanaannya berlangsung sampai malam, maka keadaan ini sudah tidak sesuai
dengan pernyataan dalam Kisah Para Rasul 2 : 41, karena pelaksanaannya, sebagian
besar terjadi pada hari berikutnya, bukan pada hari itu.
Sebab dalam tradisi dan hal keagamaan umat Yahudi, tidak
mengikuti perhitungan waktu Romawi, mereka tetap menerapkan perhitungan menurut
waktu Yahudi, yang waktu satu hari dihitung dari saat matahari terbenam sampai
saat matahari terbenam berikutnya; untuk membuktikannya perhatikan penetapan
hari sabatnya yang dimulai dari hari jumat malam, simak saat pemakaman Tuhan
Yesus (Lukas 23 : 50-55) pada ayat 54 dikatakan; “ Hari itu hari persiapan, dan
sabat hampir mulai”.
Jadi kata pada hari itu dalam Kisah Para Rasul 2
: 41 hanya sampai dengan saat matahari terbenam hari itu (pukul 18.00 waktu
Romawi); sehingga semua perbuatan yang dilakukan setelah waktu tersebut masuk
dalam perhitungan waktu hari berikutnya yang tidak disebutkan dalam Kisah Para
Rasul 2 : 41.
Melihat faktor situasi dan kondisi saat itu, maka sangat jauh kemungkinannya kalau orang-orang tersebut dibaptis
dengan cara selam atau ditenggelamkan; apalagi murid-murid ini belum mendapat
tempat di hati para Imam Yahudi maupun aparat birokrat setempat, suasana ini
tidak kondusif untuk pelaksanaan baptisan terhadap orang sebanyak itu di dalam
kota Yerusalem.
Jadi
sangat besar kemungkinan 3000 orang itu dibaptis dengan cara dipercik dengan
air dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, sehingga berapa pun banyaknya, bagaimana
pun kondisi tempatnya, pasti dapat dibaptis pada hari itu juga.
Berdasarkan petimbangan atas
fakta-fakta tersebut diatas, dapat disimpulkan :
- Kata Baptis yang merupakan terjemahan dari kata Baptizo yang berasal dari kata Bapto yang berarti tenggelam atau ditenggelamkan, dalam penggunaannya terdapat beberapa fariasi yang menunjukan “ tidak mutlak hanya berarti tenggelam atau ditenggelamkan”.
- Penghayatan Iman seseorang tidak dibatasi oleh arti dari suatu kata, tetapi lebih diutamakan pada makna atau substansi dari pelaksanaannya; Kiasan tetap sebagai kiasan tidak dapat berubah menjadi makna yang sebenarnya.
- Hal yang ironis apabila umat Kristiani sangat sepakat dalam penghayatan terhadap makna dari baptisan, tetapidalam pelaksanaannya ada pihak yang sangat leterlek terikat pada arti kata, sedangkan dalam Alkitab sendiri kata Baptis digunakan juga untuk kondisi yang tidak tenggelam ( I Korintus 10 : 2 ).
- Berpedoman pada surat Ibrani 9 ayat 10, 13, 19 dan 21 pengertian dari kata Baptizo dan Rantizo / percik mempunyai makna yang sama, yaitu Pembasuhan atau Penyucian, jadi ditenggelamkan atau dipercik bukan hal yang substansial, karena yang lebih utama adalah maknanya bukan caranya.
Oleh KPP. John Abatan,SH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar