UCHIHA SASUKE

UCHIHA SASUKE
UCHIHA SASUKE

Kamis, 19 Juni 2014

KONTROVERSI TENTANG BAPTISAN



Pemahaman tentang baptisan dikalangan umat Kristiani membawa kontroversi akibat beda pendapat  tentang cara pelaksanaan baptisan tersebut.
Ada pihak yang berpedoman pada arti kata “Baptis” yang berasal dari kata “Baptizo/BaptissΩ”, bentuk kata kerja dari kata “Bapto” yang berarti tenggelam atau di tenggelamkan.
Yeremia Rim dalam Pelajaran Alkitab GKPB mengatakan bahwa kata “Bapto” bahasa Yunani diambil dari bahasa Gerika yang berarti tenggelam atau ditenggelamkan.
Kamus Alkitab terbitan LAI mengatakan Baptis atau Pembaptisan adalah:
-          Upacara tanda masuk kedalam suatu kelompok atau Persekutuan tertentu
-         Pembersihan dari dosa-dosa
Namun pihak lain tidak terikat dengan cara pelaksanaan yang harus leterlek mengikuti arti kata “Baptizo/Baptiss”, karena menganggap cara bukan hal yang utama, tetapi substansi dari Baptisan itu yang lebih diutamakan.
Bertolak dari arti kata “Baptizo/Baptiss” di atas, perlu disimak penggunaan kata tersebut dalam berbagai situasi dan kondisi tertentu, baik menurut Alkitab bahasa Indonesia maupun kitab Perjanjian Baru bahasa Yunani, misalnya pada ayat-ayat tersebut di bawah ini:

  1.  I Korintus 10 : 2

“….untuk menjadi pengikut Musa, mereka semua telah di Baptis dalam awan dan dalam laut”.
Dalam teks Yunaninya kata “dibaptis” dalam ayat ini menggunakan kata “ebaptistesan, bentuk aorist indikatif pasif dari kata “Baptizo/Baptiss”, sedangkan faktanya umat Israel yang menyeberangi laut merah/Tiberau berjalan ditanah kering dan mereka tidak tenggelam dalam laut maupun dalam awan.
 Hal ini membuktikan bahwa kata “Baptizo/Baptiss” tidak hanya berarti tenggelam atau ditenggelamkan, karena dalam ayat ini diberlakukan juga untuk keadaan yang tidak tenggelam.
Dengan demikian pelaksanaan Baptisan dengan pemahaman yang leterlek harus mengikuti arti kata “Baptizo/Baptiss”, perlu dipertimbangkan kembali .
 
  1. Ibrani 11 : 29
“Karena iman maka mereka telah melintasi laut merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang mesir tenggelam ketika mereka mencobanya”.
Dalam teks Yunaninya kata tenggelam dalam ayat ini menggunakan kata “Katepontesan” berasal dari kata “Katapontiso” yang juga berarti tenggelam.
Kedua ayat di atas  ini membuktikan bahwa kata Baptis sebagai terjemahan dari kata “Baptizo/Baptisstidak mutlak berarti tenggelam atau ditenggelamkan, karena untuk kondisi tidak tenggelam juga menggunakan kata tersebut.
  1. Ibrani 9 : 10
“Karena semua itu, disamping makanan, minuman dan pelbagai macam pembasuhan, hanyalah peraturan-peraturan hidup insani yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan”.
Dalam teks Yunaninya, kata pembasuhan dalam ayat ini menggunakan kata “Baptismois”, bentuk datif dari kata “Baptismos yang berarti pembersihan atau penyucian yang juga berasal dari kata “Baptizo/Baptiss”. Ini menunjukan bahwa kata “Baptizo/Baptiss” dapat juga berarti pembasuhan atau penyucian.
Bila dikaitkan dengan perikop berikutnya tentang tatacara ibadah Umat Israel di Kemah Suci, maka ayat ini berbicara tentang penyucian yang bersifat duniawi, sedangkan ayat 13, 19 dan 21 berbicara tentang penyucian yang bersifat rohani.
Ibrani 9 : 13
“Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah”.
Ibrani 9 : 19
“Sebab sesudah Musa memberitahukan semua perintah hukum taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan seluruh umat”.
Ibrani 9 : 21
“Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinnya secara demikian dengan darah”.

Kata percik dalam ayat-ayat ini, pada teks Yunaninya mengunakan kata “Rantizo”.
Makna dari ketiga ayat ini memiliki pengertian yang sama dengan makna yang terkandung dalam ayat 10, yaitu penyucian, walaupun ayat 10 ini bersifat lahiriah duniawi, sedangkan 3 ayat diatas bersifat rohani dalam tata ibadah Umat Israel di Kemah Suci, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kata “Baptizo/Baptiss” dan “Rantizo” memiliki pengertian dan makna yang sama dalam konteks pentahiran, oleh karena itu tidak perlu diperdebatkan.
Umat Israel ketika hendak menghadap hadirat Tuhan di dalam Kemah Suci, sebelum masuk mereka membasuh kaki dan tangan mereka dengan air dalam baskom yang telah tersedia di depan pintu masuk.
Kegiatan pembasuhan ini disebut “Bapto” yang bukan berarti tenggelam tetapi pembersihan.; Apakah tata cara pembasuhan ini ada hubungannya dengan Baptisan Yohanes ?, mungkin saja; karena orang yang telah dibaptis itu menjadi layak untuk menyambut kedatangan Mesias. Pembasuhan di depan pintu masuk itu, sebagai tanda bahwa orang tersebut layak untuk menghadap hadirat Tuhan di dalam Kemah Suci. Baptisan  Yohanes  adalah realisasi dari  nubuatan  Nabi Yesaya dalam  Yesaya 40 : 3 yang mengatakan :” Ada suara yang berseru-seru, persiapkan di padang gurun jalan untuk Tuhan, Luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita”.
Perhatikan apa yang dikatakan Yohanes seperti tercatat dalam Markus 1 : 4
“…demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan : bertobatlah dan berilah dirimu di baptis dan Allah akan mengampuni dosa mu”.
Teks Yunaninya sebagai berikut :
“egeneto Ioannes ho baptiss ente eremo, keruson baptisma metanoias eis afesin amartion”
Dari ayat ini jelas bahwa Allah sendiri yang akan mengampuni ( menyucikan ) manusia dari dosanya, bukan air itu yang menyucikan manusia dari dosa, jadi manusia itu menjdi layak bukan karena air, tetapi karena Tuhan sendiri.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Yohanes memberitakan tentang kedatangan Sang Mesias.
Markus 1 : 7-8;
·         Inilah yang diberitakannya : “sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak”.
·         “Aku membaptis kamu dengan air (Ego ebaptisa ūmas/ humas ūdati/yudati ), tetapi ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus (Autos de baptisei ūmas/ humas peneumati agio)”
Mengapa Yohanes tidak mengatakan ; “Aku membaptis kamu dalam air” sehingga singkron dengan arti kata baptis / baptiso, tetapi Ia mengatakan “Aku membaptis kamu dengan air“, hal ini memberi kesan bahwa pelaksanaannya bukan ditenggelamkan dalam air; atau Yohanes mau memberi penekanan bahwa makna dari baptisan itu adalah lebih penting daripada caranya .

Pertanyaan selanjutnya sampai kapan berakhirnya baptisan Yohanes ini ?. Apakah selesainya sampai dengan telah dibaptisnya Tuhan Yesus oleh Yohanes? Atau selesainya dengan telah terlaksananya nubuatan Yohanes dalam Markus 1 : 8, atau berlangsung terus sampai dengan wafatnya Yohanes?
Secara yuridis baptisan Yohanes berakhir setelah Tuhan Yesus memberikan perintah kepada murid-murid-Nya, sebagaimana tercatat dalam Matius 28 : 19
“karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Namun pada saat itu perintah ini belum dapat dilaksanakan karena murid-murid itu belum mendapatkan urapan untuk tanggung jawab tersebut. Oleh karna itu sesaat sebelum Tuhan Yesus terangkat naik ke sorga, Ia berkata  kepada murid-murid-Nya, sebagaimana tercatat dalam Lukas 24 : 49 dan Kisah Para Rasul 1 : 8 :
·         Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang di janjikan Bapa-Ku; tetapi kamu harus tinggal di kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi”
·         Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”.
Kisah Para Rasul 1 : 8 ini merupakan penegasan kembali dari apa yang Tuhan Yesus katakan dalam Kisah Para Rasul 1 : 5b “ Tetapi tidak lama lagi kamu akan di baptis dengan roh kudus ” yang baru terpenuhi beberapa hari setelah Tuhan Yesus terangkat naik ke Sorga, tepatnya pada hari raya Pentakosta dan sejak saat itu hari tersebut dirayakan sebagai hari turunnya Roh Kudus atau baptisan Roh Kudus yang pertama.
  1. Kisah Para Rasul 2 : 2-4
“Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah dimana mereka duduk, dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus…”.
Turunnya Roh Kudus pada murid-murid Tuhan Yesus ini, menandakan urapan dan sekaligus sebagai baptisan Roh Kudus yang pertama kali dimulai dari para murid itu sebagaimana yang telah dinubuatkan oleh Yohanes.
Sejak saat inilah secara resmi berakhirlah baptisan Yohanes dan dimulainya baptisan Kristus sesuai perintah-Nya dalam Matius 28:19.


Pelaksanaannya apakah dengan cara dipercik dengan airt atau ditenggelamkan dalam air, keduanya hanya sebagai kiasan, oleh karena itu tidak terlalu penting, yang lebih utama adalah bagaimana penghayatan iman terhadap baptisan tersebut; Oleh karena itu jangan terikat pada arti kata Baptis yang dalam Alkitab tid ak mutlak digunakan sesuai arti katanya, karena untuk kondisi tidak tenggelampun digunakan kata tersebut. Jika seandainya pada saat itu Yohanes menggunakan bahasa Indonesia, pasti Dia akan mengatakan :
“ Bertobatlah dan berilah dirimu DIBASUH dan Allah akan mengampuni dosamu............” karena hakekatnya adalah Pembasuhan atau Penyucian diri dalam arti kiasan. Dikatakan hanya sebagai kiasan karena yang dibasuh itu hanya bagian kulit luar saja, tidak sampai ke hati dan pikiran.
Roma 6 : 3 – 4 dan Kolose 2 : 12 merupakan salah satu materi penghayatan iman, bukan perintah baru tentang cara pelaksanaan baptisan, perhatikan apa yang dikatakan Rasul Paulus dalam ayat-ayat tersebut.
·          “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”.
·         “ Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan dan didalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah yang telah membangkitkan dia dari antara orang mati”.
Ketiga ayat ini menjelaskan tentang kondisi iman seseorang setelah menerima baptisan, yang mana kondisi positif ini harus dapat dipertahankan agar iman tersebut terus bertumbuh dan berbuah; dan untuk sampai ke tahap ini tentunya orang tersebut tidak luput dari segala macam tantangan. Ayat-ayat ini perlu dipahami secara utuh tidak berdiri sendiri terlepas dari konteks dan motif yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut.
Dalam Roma 6, Rasul Paulus memberi tanggapan terhadap ajaran-ajaran sesat yang telah menggoyahkan iman jemaat saat itu. Disini Paulus membela ajarannya, bahwa manusia dibenarkan oleh imannya dan keselamatan itu adalah anugerah, bukan karena usaha manusia. Para penentangnya mengatakan bahwa ajaran Paulus adalah sesat karena tanpa norma dan mereka simpulkan ajaran Paulus intinya adalah :
-          Anugerah ada  -  karena dosa
-          Tanpa dosa      -  tidak ada anugerah
-          Jadi untuk mendapatkan anugerah kasih karunia, manusia harus berbuat dosa
-          Makin besar dosanya, makin besar anugerah yang didapat
Ajaran sesat ini yang memotifasi Paulus untuk menetralisir keadaan dan meneguhkan kembali iman jemaat; jadi jelas substansinya bukan tentang cara pelaksaan baptisan atau perintah baru tentang baptisan, tetapi tentang iman seseorang setelah menerima baptisan, orang tersebut masuk dalam suatu kehidupan yang baru atau mengalami hidup baru dalam Tuhan.
Sedangkan dalam Kolose 2, Rasul Paulus mengajak jemaat untuk menentang ajaran palsu dari paham Yudaisme dan paham gnostik, yang telah menyesatkan jemaat di Kolose, karena menurut paham Yudaisme, bahwa sunat itu adalah syarat mutlak untuk mendapatkan keselamatan. Sedangkan Paulus telah mngajarkan tentang sunat dalam arti yang baru, bukan sunat secara lahiriah tetapi sunat Kristus.
Kolose 2 : 11, “Dalam dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa”. Sunat adalah tanda perjanjian kekal antara Allah dengan Abraham, bahwa Allah akan memberkati Abraham (baca kejadian 17) dan dalam ayat 7 dikatakan : “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allah mu dan Allah keturunanmu”.
Jadi substansi dari Kolose 2 : 12 bukan tentang cara bagaimana baptisan itu harus dilaksanakan, tetapi berbicara tentang bagaimana iman seseorang setelah menerima baptisan, bahwa dengan baptisan itu secara iman orang tersebut telah di adopsi menjadi anak Abraham, sehingga dia masuk dalam perjanjian kekal antara Allah dan Abraham, dengan demikian secara rohani orang tersebut berhak mendapat bagian dalam berkat Abraham; jadi ayat ini jangan ditafsir terlepas dari ayat II di atasnya atau keluar dari konteksnya.
Kitab Suci mencatat, pada saat murid-murid menerima baptisan Roh Kudus pada hari pentakosta itu, 3000 orang secara serentak memberi diri untuk dibaptis. Pertanyaannya, mengapa secepat itu mereka mengambil keputusan memberi diri untuk dibaptis? Jawabannya, karena mereka percaya dengan apa yang telah mereka lihat dan mereka dengar pada saat itu.
Kisah Para Rasul 2 : 33
“Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini”.
Kisah Para Rasul 2 : 41
“Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri di baptis dan PADA HARI ITU jumlah mereka bertambah kira-kira 3000 jiwa”.

            Pertanyaannya, bagaimana murid-murid itu membaptis manusia sebanyak itu, apakah dengan cara ditenggelamkan atau dengan cara dipercik dengan air, bila ditenggelamkan maka dimanakah mereka ditenggelamkan ditengah kota Yerusalem, sedangkan waktu yang tersisa hanya sekitar 7 (tujuh) jam waktu Yahudi.
Apakah mungkin mereka digiring ke sungai Yordan yang jaraknya sangat jauh dari kota Yerusalem? Bila dipaksakan mereka akan membutuhkan waktu sekitar 6 (enam) jam dengan berjalan kaki, inipun kalau tibanya bersamaan dalam satu waktu; tetapi apakah mereka memiliki kemampuan fisik yang sama? Dan apakah mereka tidak membutuhkan waktu lagi untuk mempersiapkan pakaian ganti dan kebutuhan lainnya untuk perjalanan tersebut, lalu bagaimana dengan orang-orang yang datang dari daerah-daerah yang jauh di luar kota Yerusalem?
            Keadaan-keadaan ini pasti akan mempengaruhi pendirian mereka, sehingga mungkin saja mereka berubah pikiran dan membatalkan rencana tersebut. Atau apabila mereka sepakat dan tidak berubah pikiran, dan tiba disungai Yordan dalam waktu yang bersamaan, apakah mereka dapat dibaptis sampai selesai tepat waktu pada hari itu?
            Apabila pelaksanaannya berlangsung sampai malam, maka keadaan ini sudah tidak sesuai dengan pernyataan dalam Kisah Para Rasul 2 : 41, karena pelaksanaannya, sebagian besar terjadi pada hari berikutnya, bukan pada hari itu.
Sebab dalam tradisi dan hal keagamaan umat Yahudi, tidak mengikuti perhitungan waktu Romawi, mereka tetap menerapkan perhitungan menurut waktu Yahudi, yang waktu satu hari dihitung dari saat matahari terbenam sampai saat matahari terbenam berikutnya; untuk membuktikannya perhatikan penetapan hari sabatnya yang dimulai dari hari jumat malam, simak saat pemakaman Tuhan Yesus (Lukas 23 : 50-55) pada ayat 54 dikatakan; “ Hari itu hari persiapan, dan sabat hampir mulai”.
            Jadi kata pada hari itu dalam Kisah Para Rasul 2 : 41 hanya sampai dengan saat matahari terbenam hari itu (pukul 18.00 waktu Romawi); sehingga semua perbuatan yang dilakukan setelah waktu tersebut masuk dalam perhitungan waktu hari berikutnya yang tidak disebutkan dalam Kisah Para Rasul 2 : 41.

Melihat faktor situasi dan kondisi saat itu, maka sangat jauh kemungkinannya kalau orang-orang tersebut dibaptis dengan cara selam atau ditenggelamkan; apalagi murid-murid ini belum mendapat tempat di hati para Imam Yahudi maupun aparat birokrat setempat, suasana ini tidak kondusif untuk pelaksanaan baptisan terhadap orang sebanyak itu di dalam kota Yerusalem.
            Jadi sangat besar kemungkinan 3000 orang itu dibaptis dengan cara dipercik dengan air dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, sehingga berapa pun banyaknya, bagaimana pun kondisi tempatnya, pasti dapat dibaptis pada hari itu juga.
Berdasarkan petimbangan atas fakta-fakta tersebut diatas, dapat disimpulkan :

  • Kata Baptis yang merupakan terjemahan dari kata Baptizo yang berasal dari kata Bapto yang berarti tenggelam atau ditenggelamkan, dalam penggunaannya terdapat beberapa fariasi yang menunjukan “ tidak mutlak hanya berarti tenggelam atau ditenggelamkan”.

  • Penghayatan Iman seseorang tidak dibatasi oleh arti dari suatu kata, tetapi lebih diutamakan pada makna atau substansi dari pelaksanaannya; Kiasan tetap sebagai kiasan tidak dapat berubah menjadi makna yang sebenarnya.

  • Hal yang ironis apabila umat Kristiani sangat sepakat dalam penghayatan terhadap makna dari baptisan, tetapidalam pelaksanaannya ada pihak yang sangat leterlek terikat pada arti kata, sedangkan dalam Alkitab sendiri kata Baptis digunakan juga untuk kondisi yang tidak tenggelam ( I Korintus 10 : 2 ).

  • Berpedoman pada surat Ibrani 9 ayat 10, 13, 19 dan 21 pengertian dari kata Baptizo dan Rantizo / percik mempunyai makna yang sama, yaitu Pembasuhan atau Penyucian, jadi ditenggelamkan atau dipercik bukan hal yang substansial, karena yang lebih utama adalah maknanya bukan caranya.


                                                                      Oleh KPP. John Abatan,SH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar