Tantangan dan Hambatan
Setelah masa para rasul, gereja
Kristen mengalami banyak perubahan dan terus berkembang, baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif. Gereja tumbuh di mana-mana dari Yerusalem terus
merambat ke daerah-daerah pesisir laut tengah, masuk sampai ke Siria, Turki, Yunani, Itali, Kartago,
Afrika Utara, Mesir, Alexandria, dan daerah-daerah Balkan.
Pada awalnya gereja sangat
dipengaruhi oleh Kekuasaan dan Budaya setempat, bila di tempat/Negara tersebut
sang Kaiser atau Raja penyembah berhala atau kafir, maka pertumbuhan
kekristenan atau gereja mengalami hambatan bahkan penindasan yang menyebabkan
mereka terusir, dikejar-kejar dan di bunuh secara sadis, bahkan ada yang dibakar
hidup-hidup seperti : Polycarpus,
Yustinus Martir, Blandina, Felexcitas
dan lain-lain.
Ajaran-ajaran Filsafat Yunanipun terus
merongrong kehidupan gereja, misalnya
ajaran Sekte Gnostik , Sekte Marcion, Sekte Montanisme dan ajaran-ajaran Moralis Platonisme
lainnya.
Demikian pula ajaran-ajaran kafir dengan ritual-ritual penyembahan
berhala dan
Dewa-dewanya, sangat mempengaruhi
perjalanan gereja; misalnya ritual persembahan korban kepada Dewa atau Berhala
sebagai upaya untuk mendapatkan ganjaran yang positif dari Dewa/Berhala yang
disembah; maka ada gereja yang mengajarkan umatnya berbuat amal baik sebanyak mungkin untuk
mendapatkan balasan atau keselamatan jiwa dari Tuhan, sehingga keselamatan itu bukan lagi karena
Anugerah tetapi karena upaya dan kekuatan manusia.
·
Sekte Gnostik.
Gnostik
berarti Pengetahuan atau Hikmat; menurut
ajaran ini :
- Hanya orang
yang memiliki Gnosis yang dapat memahami kehendak Allah dan dengan Hikmat
tinggi yang dimiliki dapat membawa orang tersebut kepada jalan keselamatan.
- Sebagian
kecil dari Roh Allah yang suci itu ada di dalam manusia dan terus berusaha
melepaskan diri dari cekraman tubuh manusia yang najis itu.
- Dunia yang
rusak, bobrok dan penuh dengan ketidaksempurnaan ini, diciptakan oleh sang penciptaNya yang tidak
cakap, tidak sempurna atau allah yang
lebih rendah yang disebut Domiurgos, sehingga hasilnya menunjukkan kualitas yang
rendah.
- Oleh
pengajaran Tuhan Yesus, Roh suci itu diajak untuk melepaskan diri dari tubuh
manusia, agar dapat menyatu kembali
dengan sumbernya yaitu Allah yang maha suci dan maha mulia.
·
Sekte Marcion
Marcion
orang yang terkaya di Sinope di pesisir laut hitam, Ia bangkit dengan ajaran barunya tentang Injil
dan berhasil mendirikan satu gereja sendiri. Karena mendapat perlawanan dari Negara
lama-kelamaan gereja Marcion lenyap dengan sendirinya. Lahirnya sekte ini
karena kekecewaan dan kekesalan Marcion terhadap gereja yang telah meninggalkan
ajaran Injil dan Rasul Paulus tentang keselamatan manusia karena Anugerah Allah
semata-mata. Atau keselamatan oleh Iman, bukan karena upaya dan kekuatan manusia; menurut Marcion gereja telah menganut ajaran
Moralisme Yunani yang Platonisme .
Dikatakan, bahwa Allah itu maha sempurna, maha baik dan maha bijaksana, jadi menurut
Marcion tidak mungkin Allah yang demikian itu telah menciptakan dunia yang
tidak sempurna penuh kemesuman dan ketidakadilan; sehingga Marcion
berkesimpulan bahwa Pencipta dunia ini adalah Allah yang rendah derajatnya
tidak cakap dan tidak sempurna, oleh karena itu hasil ciptaannya adalah dunia
yang tidak sempurna penuh dengan ketidak adilan. Pendapatnya ini mirip benar
dengan ajaran gnostic, tetapi sebenarnya
Marcion bukan orang gnostik.
Selanjutnya
Marcion mengatakan khalik dunia yang tidak sempurna ini adalah Allah Perjanjian
Lama yang lebih rendah dan tidak sempurna; lalu
Tuhan Yesus datang diutus oleh Allah Perjanjian Baru yaiutu Allah yang maha
tinggi dan maha mulia, untuk
menyempurnakan dunia dan menyelamatkan umat manusia dari kebinasaan akibat dari
ketidaksempurnaan khalik dunia ini; hal ini menyebabkan Allah khalik Perjanjian
Lama ini merasa terancam, lalu Ia merancang pembunuhan terhadap Yesus. Dalam
ajarannya Marcion menolak kedatangan Kristus untuk yang kedua kalinya dan juga
menolak ajaran kebangkitan orang mati/daging; dengan demikian nyatalah bahwa
sebenarnya ajaran Marcionbertolak belakang dengan ajaran Paulus, karena dalam
ajaran Paulus Allah perjanjian lama yang memberikan taurat adalah juga Allah
perjanjian baru.
demikian
pula dengan sikap Marcion yang dengan terang-terang menolak perjanjian lama
serta membagi kitab perjanjian baru atas kitab-kitab yang sah dan kitab-kitab
yang tidak sah menurut ukurannya sendiri. Kitab injil yang diakkuinya hanya
kitab Lukas karena tidak berbau yahudi, sedangkan surat-surat para rasul hanya
surat Rasul Paulus yang dipakainya dengan pengecualian surat kepada Timotius
dan Titus.
Pada
hakekatnya ajaran Marcion bertolak dari
kekecewaannya, hendak menegakkan kembali ajaran Injil dan Rasul Paulus tentang
Iman dan Keselamatan, namun dia tetap
tidak bisa keluar dari tradisi filosofi Yunani yang Platonisme, sehingga
ajarannya dan komunitasnya di tolak oleh gereja.
·
Sekte Montanisme
Sekte ini
dipelopori oleh Montanus dengan di bantu oleh dua orang Nabiah yaitu Pricila dan
Maximilla.
Ciri khas
dari sekte ini, mereka selalu berbicara
dalam bahasa Roh atau gloselalia , apabila ada orang yang kemasukan Roh, maka orang tersebut akan pingsan tidak
ssadarkan diri , lalu orang tersebut berbicara dalam bahasa yang asing dan itulah
yang dikatakan bahasa Roh atau gloselalia.
Penganut
ajaran sekte ini menganggap mereka ada dalam Roh sehingga mereka lebih suci dari
orang lain dan karena kesucian itu, setiap janda dilarang untuk kawin lagi; dan
setiap tokoh dalam sekte ini dianjurkan untuk hidup selibat/tidak kawin, karena dengan tidak kawin mereka akan lebih
dekat dengan Tuhan dan menjadi lebih suci dari orang yang kawin.
Sekte ini
membebani umatnya dengan larangan yang keras dan kewajiban-kewajiban yang
sangat berat, sehingga tidak dapat
dilaksanakan secara 100% oleh umatnya.
Dan menurut
ajaran sekte ini darah orang yang mati sahit adalah anak kunci untuk masuk
Firdaus, orang yang mati tersebut menjadi pahlawan bagi kaumnya.
Roh yang
berbicara melalui orang yang gloselalia adalah Firman yang disampaikan kepada
manusia. Jadi menurut mereka bahasa roh nilainya sama
bahkan dianggap lebih tinggi dari berita Injil yang sudah ada, tetapi bagaimana bahasa Roh yang dikatakan
sebagai Firman itu dapat dimengerti bila tidak ada yang dapat menerjemahkan
atau mengartikannya? Disinilah pokok perbantahannya, karena bagi orang yang dapat
mengartikan bahasa Roh itu, nantinya
akan mendapat status yang lebih terhormat dari orang yang berbahasa Roh itu.
Perkembangan
gerejapun tidak terlepas dari beda pendapat antar Uskup dan antar para Theolog
Kristen, tentang penafsiran dan
pandangan masing-masing mengenai tata ibadat, Sakramen dan dasar-dasar
Theologia.
-
Misalnya beda pendapat antara Uskup Kartago Cyprianus
dan Uskup Roma Cornelius di satu sisi dan Presbiter Novatianus di sisi lain
tentang Dosa berat. Apakah gereja dapat memberikan pengampunan
atau tidak, karena dosa berat adalah
dosa yang membawa maut bagi orang tersebut.
Menurut
Cyprianus dan Cornelius dosa berat dapat diberi pengampunan oleh gereja, tetapi Presbiter Novatianus dan pengikutnya
menolak keputusan tersebut lalu memisahkan diri dari gereja.
-
Uskup Victor memisahkan diri dari jemaatnya di Asia, karena jemaat tersebut tidak menerima
keputusannya tentang tangggal perayaan hari raya kebangkitan Tuhan Yesus.
-
Uskup Stefanus dari Roma melarang membaptis ulang
orang-orang dari gereja sekte dan orang murtat yang beralih atau kembali ke
Gereja Katolik Roma, karena menganggap
baptisan terdahulu tetap sah dan berlaku.
Pendapat
ini ditolak oleh Uskup Cyprianus karena menurutnya di luar Gereja Katolik tidak
ada keselamatan dan pejabat-pejabat gereja sekte tidak mewarisi Hak dan Kuasa
Rasul, oleh karena itu sakramen yang
dilakukan oleh mereka tidak sah.
-
Tertulianus mengatakan :
·
Allah berzat satu tetapi berpribadi 3.
·
Tuhan Yesus adalah satu Pribadi dengan 2 tabiat.
·
Logos adalah zat Ilahi yang lebih rendah dari Allah.
-
Irenius mengatakan “Logos adalah juga Allah”.
-
Origenes mengatakan “Logos adalah satu zat yang lebih
rendah dari Allah atau setengah Allah, atau Allah kedua”.
-
Filsafat Yunani : “Logos adalah zat yang lebih rendah
atau setengah Allah”.
-
Theologia Apologet mengatakan : “Allah menciptakan
Logos dalam rangkaian waktu sebagai suatu Roh yang berpribadi dan dengan Logos
itu Allah menciptakan segala sesuatu yang ada;
untuk menyelamatkan manusia dari
ancaman maut karena dosa mereka, Logos diutus ke bumi dengan menjelma dalam
tubuh manusia Yesus.
- Uskup Agustinus Vs Pelagius
Uskup
Agustinus berpendapat bahwa Allah adalah zat yang sempurna, asal mula segala kebahagian dan keselamatan.
Tentang
Roti dan Anggur Perjamuan Kudus, Agustinus menolak ajaran Transsubstansiasi
Katolik Roma (tentang perubahan roti dan air anggur menjadi benar-benar tubuh
dan darah Kristus) Agustinus membedakan antara tanda dan yang ditandakan atau lambang
dan yang dilambangkan, Roti dan Anggur adalah tanda/lambang, sedangkan Tubuh dan Darah Kristus adalah yang
ditandakan atau yang dilambangkan.
Agustinus
juga mengatakan Iman bukanlah jasa perbuatan manusia, tetapi karena Rahmat
Allah dan hanya manusia tertentu yang telah ditentukan Tuhan untuk mendapatkan
Rahmat Nya (predestinasi), artinya
tujuan hidup manusia telah ditentukan atau ditakdirkan / diprediksikan oleh
Tuhan sebelum manusia itu dilahirkan.
Pada
mulanya manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sempurna, Adam diberi kehendak yang bebas sehingga ia
dapat memilih jalan mana untuk keselamatannya;
taat dan patuh kepada Penciptanya / Allah atau melawan kehendak
Penciptanya dan menuruti kehendaknya sendiri;
Adam jatuh dalam dosa karena pilihannya sendiri. Akibatnya persekutuan
dengan Allah terputus, Ia harus binasa
karena dosanya. Didalam Adam seluruh keturunannya berdosa dan dosa ini turun
kepada seluruh turunan Adam, sehingga
seluruh umat manusia ada dalam kebinasaan sebagai kutukan. Tetapi Allah menentukan sejumlah manusia
tertentu untuk mendapat rahmatNya untuk diselamatkan kelak. Tetapi manusia itu
tidak mengetahui bila dia telah dipilih dan ditentukan untuk diselamatkan, oleh karena itu manusia tersebut harus
berjuang untuk membuktikan bahwa dia termasuk orang yang telah dipilih dan
ditentukan untuk mendapat rahmat Allah yaitu keselamatan.
Pendapat
Agustinus ini mendapat perlawanan dari Rahib Britania yang tinggal di Roma
yaitu Pelagius, Pelagius mengatakan dosa
Adam tidak menghilangkan kehendak bebas manusia, tiap manusia dilahirkan dengan tidak bercacat,
sama seperti Adam di Firdaus. Jadi dosa
turunan tidak diakuinya, dosa bukan
dalam tabiat manusia melainkan dalam kehendaknya; bila
manusia itu berkehendak jahat maka berdosalah dia. Dosa
itu tidak diwariskan turun temurun, tetapi teladan Adam yang jahat itu yang
ditiru oleh keturunannya, demikian
seterusnya untuk generasi-generasi dibawahnya.
Kematian
manusia bukan akibat dosa, tetapi hukum
alam, dibatasi oleh ruang dan waktu.
Keselamatan hanya diperoleh manusia sebagai pahala karena amal baik dan
kebajikannya yang dilakukan menurut kehendak bebas yang dimilikinya.
Pertannyaannya,
jika keselamatan hanya beralaskan pemilihan dan rahmat, maka dimanakah penawaran keselamatan itu? dan
dimanakah tanggung jawab manusia, ? pertikaian tentang pertanyaan ini terus
memanas digereja-gereja barat.
Kaum semi
Pelagius, mencari solusi jalan kompromi
dengan ajaran mereka. Dikatakan bahwa dengan jatuhnya Adam dalam dosa, kehendak manusia hanya dilemahkan, sehingga
manusia tidak dapat memilih dengan tepat, dalam hal ini manusia hanya dibuat sakit saja
tidak mati, oleh karena itu kekuatan
manusia sendiri tidak mampu untuk mencapai keselamatan, manusia butuh pertolongan rahmat Allah. Kehendak bebas manusia harus menerima
pertolongan dari rahmat Allah ini agar dia dapat memperjuangkan keselamatannya.
- Presbiter Arius Vs Uskup Alexander .
Pada tahun
318 timbul perselisihan pendapat di gereja Alexandria antara Uskup Alexander
dan Presbiter Arius. Arius mengatakan tidak
mungkin Tuhan Yesus dikatakan “setengah Allah”. Menurutnya apabila kita percaya
kepada satu Allah saja maka ada dua kemungkin, YESUS juga Allah atau YEYUS bukan Allah. Arius
berkesimpulan bahwa Anak atau Logos adalah makhluk Tuhan yang sulung dengan
derajatnya yang tinggi. Yesus bukan dari kekal, tetapi diciptakan dalam batas zaman sama
seperti manusia yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Logos datang ke bumi sebagai teladan dan
pengajar bagi manusia.
Alexander
menolak pendapat Arius, karena menurutnya
bila hal tersebut benar maka itu berarti Injil ditiadakan; jika
yesus hanya sebagai mahkluk saja maka mustahillah kedatangan Logos sebagai
pernyataan Allah kepada manusia dan mustahil pula Logos atau Yesus sebagai
juruslamat manusia. Alexander dengan
yakin menyatakan bahwa Logos itu adalah Allah sendiri dan sudah ada sebelum
dunia ini ada.
Persilihan
pendapat tentang logos ini meresahkan seluruh gereja timur, maka untuk mendamaikan atau untuk menjamin
keesaan gereja, kaisar Constantinus menyarankan diadakan Konsili Oekumenis
bersidang di Nicea dekat Constantinopel pada tahun 325 dan Konsili tersebut dipimpin
langsung oleh sang Kaiser dengan peserta + 300 Uskup. Dalam sidang itu
Arius dan pengikutnya disalahkan dan
ajarannya dikatakan sebagai ajaran sesat, Arius dipecat dan diasingkan dari gereja. Sidang Konsili Nicea berhasil merumuskan
kesepakatan iman bahwa “Logos atau Anak Homo usios dengan Bapa”, yang berarti
anak se zat atau sehakekat dengan Bapa”.
Hasil sidang
Konsili ini diteruskan dan dipelopori oleh Athanasius dalam melawan pengaruh
filsafat Yunani terhadap Theologia Kristen. Selain itu Athanasius juga terus berjuang
melawan pengikut-pengikut Arius atau kaum Arian.
Ketika
Athanasius menjadi Uskup Alexandria menggantikan Alexander, bersamaan dengan itu di Constantinopel
Eusibius menjadi Uskup Constantinopel, Eusibius adalah sahabat karib Arius dengan
demikian dia adalah penganut Arianisme, sehingga membawa pertikaian antara gereja
Alexandria pimpinan uskup Athanasius melawan gereja Constantinopel pimpinan
uskup Eusibius; tetapi gereja Katolik Roma memihak kepada
Athanasius dan menyatakan sependapat serta mendukung pendapat Athanasius bahwa
“Anak se zat dengan Bapa dalam segala hal”.
Dimasa pemerintahan
Kaisar Constantinus yunior anak dari Constantinus Agung yang adalah penganut
Arian dan pengikut Arius, mendesak gereja untuk mengikuti rumusannya bahwa ,
“Anak atau Logos adalah Homo ios Bapa atau zat Logos menyerupai zat Bapa”, sebagai jalan tengah untuk perdamaian, tetapi Arius dan pengikutnya tetap bahwa “Anak
itu an Homo ios Bapa”, atau anak itu
tidak menyerupai Bapa”.
Athanasius
tetap dengan keyakinannya, bahwa “Logos
sehakekat dan se zat dengan Bapa” walaupun Logos dan Bapa itu harus dibedakan
tetapi pada hakekatnya adalah satu. Pertikaian
ini baru berakhir setelah Theodosius Agung yang anti Arian menjadi Kaiser tahun
379, kemudian mengadakan sidang Konsili Oekumenis ke II di Constantinopel pada
tahun 381.
Hasil sidang
Konsili ini memutuskan bahwa “Anak adalah Homo usios dengan Bapa” dan
diputuskan pula bahwa “Roh Kudus adalah se zat dengan Bapa” sesuai ajaran
Athanasius. Keputusan sidang Konsili ke
II ini merupakan pengukuhan dari Keputusan Konsili I di Nicea yang dirumuskan
kembali secara tegas dan jelas, sebagai berikut :
“Aku
percaya kepada satu Tuhan, Yesus Kristus anak Allah yang tunggal, yang lahir dari sang Bapa sebelum ada segala
zaman, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah
yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan bukan dibuat, sehakekat dengan sang Bapa yang dengan
perantaraanNya segala sesuatu dibuat, yang telah turun dari sorga untuk kita manusia
dan untuk keselamatan kita”.
ALLAH TRI
TUNGGAL
Gereja Katolik
Roma/gereja-gereja barat dan gereja-gereja timur masih berbeda pendapat tentang
trinitas; ahli-ahli theologia di timur mengakui bahwa ketiga oknum itu adalah
Esa, namun gereja-gereja timur tidak sependapat kalau Roh Kudus itu keluar juga
dari sang Anak/Tuhan Yesus, karena hal tersebut akan merendahkan derajat Roh
Kudus, karena bersumber dari sang Anak, maka Roh Kudus itu menjadi lebih rendah
dari Sang Anak, gereja-gereja timur hanya percaya bahwa Roh Kudus itu keluar
dari Allah/Bapa, tidak keluar dari sang Anak.
Sedangkan gereja-gereja
barat/gereja Katolik Roma menyatakan bahwa ketiga oknum itu tidak ada yang
lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah, karena Roh Kudus itu keluar dari
Sang Bapa dan juga keluar dari Sang Anak (Ajaran Athanasius). oleh karena itu
dikenal ada Roh Kudus yang keluar dari Bapa dan ada Roh Kudus yang keluar dari
Anak/Tuhan Yesus, dengan demikian ada dua Roh Kudus yang keluar dari dua sumber
yang berbeda.
Perbedaan penafsiran
ini masih berkepanjangan sampai saat ini belum ada penyelesaiannya.
GEREJA DAN
PENGUASA ROMAWI
Pada awal
perjalanan gereja selanjutnya, sebagai
pengganti para Rasul di angkat Presbiter-Presbiter, kemudian para Presbiter ini mengangkat
Uskup-Uskup untuk melaksanakan tugas Imamat sehingga para Presbiter dapat focus
pada tugas penginjilan, dengan tetap
membantu Uskup dan dibantu pula oleh para Diaken yang melakukan tugas Diakonia.
Perkembangan
selanjutnya, pada pertengahan abad ke IV gereja Katolik Roma memandang perlu
diangkatnya seorang Paus untuk menjadi wakil Kristus di bumi dan sebagai
perantara antara manusia dengan Tuhan. Dengan kebijakan ini timbul pertannyaan,
“siapakah yang mewarisi Kuasa para Rasul untuk melanjutkan tugas kerasulan yang
telah ditinggalkan, apakah Paus atau
para Uskup ? dan apakah benar dapat
dibuktikan secara alkitabiah, bahwa
Tuhan Yesus telah mendelegasikan kuasaNya kepada manusia tertentu untuk menjadi
wakilNya di bumi ?
Pokok
pikiran inilah yang menyulut gerakan-gerakan pembaharuan di tubuh gereja
Katolik Roma, karena dengan adanya Paus
gereja telah ditata secara hierarkhie keduniawian, sebab di bawah Paus ada para cardinal yang
membawahi beberapa keuskupan / uskup dan dibawah Uskup ada pastor-pastor yang
memimpin gereja di suatu wilayah tertentu.
Organisasi
gereja yang hierarkhi ini mendapat penolakan dari gereja di Asia dan
disekeliling pesisir laut tengah dan gereja di Afrika Utara, yang berakhir dengan pemisahan antara gereja
Katolik Roma / Gereja-gereja Barat dan gereja-gereja Timur disekeliling pesisir
laut tengah , sebagian Asia dan Afrika Utara yang disebut gereja-gereja timur
atau gereja-gereja Ortodoks atau gereja Katolik Gerika. Gereja Katolik Gerika atau gereja-gereja
timur menolak adanya Paus, karena
menurut mereka yang mewarisi kuasa Rasul adalah Uskup bukan Paus.
Dengan tidak
tertatanya organisasi gereja di gereja-gereja timur ini menyebabkan gereja ini
tidak mengalami perkembangan yang signifikan, berbeda dengan perkembangan
gereja-gereja barat atau gereja Katolik Roma yang terus merambat dunia Eropa dan
akhirnya menjadi Negara Agama Katolik Roma Sedunia dipimpin oleh Paus, maka
dengan demikian perjalanan gereja Kristen ada di dua persimpangan jalan yang
berbeda yaitu Agama atau Gereja Katolik Roma dengan yang Non Katolik Roma.
Sosok Paus
dalam gereja Katolik Roma adalah manusia Suci dan tidak bisa salah dalam
kehidupannya, oleh karena itu setiap
sabdanya, pendapatnya, perintahnya adalah
suci, harus dipatuhi dan dilaksanakan, sehingga umat lebih mendengar kepada Paus dari
pada membaca Alkitab.
Memasuki
abad III pasang surut gereja Katolik Roma seirama dengan pasang surutnya
Kekaisaran Romawi. Puncak penderitaan atau penindasan terhadap gereja pada
akhir abad ke II adalah pada zaman Kaisar Diocletianus, kemudian oleh kaisar
Galerius dari tahun 303-311. Pada waktu itu Perwira-perwira dan pegawai-pegawai
negeri yang beragama Kristen/Katolik diberhentikan dan setiap penduduk yang
beragama Kristen di kekaisaran Romawi kehilangan haknya, gedung-gedung gereja
dirusak, buku-buku dan kitab suci Kristen dibakar, banyak orang Kristen dan
para Uskup di bunuh, namun gereja
Kristen tetap hidup dalam hati setiap umatnya. Akhirnya pada saat menjelang
ajalnya kaisar Galerius memberi perintah untuk mengakhiri penindasan terhadap
gereja dan umatnya.
Pada tahun
312 Constantinus Agung merebut tahkta dan memerintah Kekaisaran Romawi bagian
barat, kemudian setelah Ia naik tahkta, Ia pun masuk Kristen. Adik iparnya yang
bernama Licinius berhasil merebut kekuasaan atas Kekaisaran Romawi bagian
timur, lalu pada tahun 313 keduanya mengikat perjanjian yang disebut perjanjian
Milano yang secara garis besar berisi perlindungan bagi gereja dan seluruh
umatnya, segala harta benda gereja yang dirampas akan dikembalikan dan
kerugian-kerugian diperhitungkan untuk dikembalikan, seluruh bangunan gereja
yang dirusak akan dibangun kembali.
Selanjutnya
pada tahun 324 terjadi penyatuan kekaisaran Romawi Barat dan Timur dibawah
kekuasaan Constantinus, tidak jelas apakah ini karena kesepakatan atau karena
perebutan kekuasaan.
Constantinus
mulai membersihkan kekaisarannya dari pengaruh-pengaruh bidat-bidat atau
sekte-sekte, seperti sekte Gnostik, Marcion, Montanus, Novatianus dan
lain-lain, tetapi agama kafir/penyembah berhala atau dewa-dewa tidak mendapat
perhatiannya dan dibiarkan terus berkembang.
Kemudian
Constantinus digantikan oleh kaisar Julianus Apostata dari tahun 361-363
walaupun dalam waktu sangat singkat pemerintahannya kembali menindas gereja,
seluruh pejabat pemerintahan yang beragama Kristen disingkirkan, kepercayaan
kafir/penyembahan terhadap dewa-dewa dihidupkan kembali. Usahanya untuk membangun satu gereja kafir
menggantikan gereja Kristen tidak kesampaian karena kaisar mati dalam
peperangan melawan orang Persia.
Selanjutnya
kekaisaran Romawi beralih ke Theodosius Agung, lalu pada tahun 380 kaisar
mengeluarkan peratuaran, agar setiap penduduk kekaisarannya harus menyatakan
sumpah dengan mengikrarkan Iman Katolik dari gereja resmi sesuai ajaran Uskup
Roma dan Uskup Alexandria. Pengakuan iman ini adalah kewajiban hukum setiap warga
terhadap Negara, sedangkan bagi penganut agama Kafir atau penyembah berhala
atau para dewa adalah pelanggaran yang harus dihukum. Sejak saat itu agama
Katolik Roma menjadi agama Negara dan kaisar berhak ikut serta dalam pengaturan
gereja terutama yang menyangkut kepentingan umat harus dengan keputusan sang
kaisar.
Setelah
Theodosius Agung meninggal pada tahun 395 kekaisaran Romawi terpecah menjadi,
kekaisaran barat dan kekaisaran timur. Kekaisaran barat mengalami kekosongan
pemerintahan, sehingga dengan mudah dibanjiri oleh orang-orang Jerman yang
terusir dari negeri mereka, sedangkan dibagian timur pemerintahan kekaisaran
dipegang oleh Justianus dari tahun 527-565.
Justianus
mendirikan gedung gereja terbesar di Constantinopel yang diberi nama Hagia Sophia
(Hikmat Suci). Setelah Justianus kekaisaran Romawi Timur berangsur-angsur
lenyap dan dikuasai oleh Islam, gereja Hagia Sophia beralih fungsi menjadi
masjid, demikian pula gereja-gereja timur lainnya tidak luput dari pengaruh
Islam dan berangsur-angsur lenyap atau redup.
Kekaisaran
Romawi barat yang telah dipenuhi oleh pendatang baru dari jerman, membuat para
Uskup meningkatkan kewaspadaan karena orang-orang Jerman ini penganut Arianisme;
berkenaan dengan kekosongan
pemerintahan, maka sang Uskup dipandang layak oleh penduduk untuk menjadi
pemimpin dan penguasa.
Hal ini
tidak disia-siakan oleh Uskup Romawi lalu mulai berbenah diri, ambisi untuk
menguasai Katolik Roma sedunia sudah terbayang; lalu mereka sepakat untuk
mengangkat seorang paus yang berperan sebagai wakil kristus dibumi dan
bertahkta diatas tahkta suci Petrus di Roma, sehingga dengan demikian seluruh
Uskup Katolik Roma yang tersebar diseluruh negeri harus tunduk pada paus
sebagai pemimpin gereja dan penguasa, pada saat itu sebagai paus I diangkat Leo
I tahun 450.
Paus Leo I
berhasil menduaniakan Katolik Roma keseluruh penjuru Eropa sampai ke Britania.
Kemudian dilanjutkan oleh paus berikutnya dan terjadi perpecahan menurut
wilayah Negara/kerajaan yang terbesar saat itu, yaitu Jerman, Prancis/Gallia
dan Italia, sehingga terdapat tiga orang paus agama Katolik Roma. Kemudian
dipersatukan kembali oleh paus Gregorius Agung di Itali (590-604) karena mereka
sepakat bahwa paus harus berkedudukan di Roma karena di Romalah tahkta suci
santo Petrus berada. Paus Gregorius mengeluarkan doktrin-doktrin yang harus
ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh gereja Katolik Roma, antara lain :
-
Tentang Api Penyucian.
Setiap
orang yang mati akan masuk api penyucian, dalam api penyucian ini almarhum
harus melunasi segala sisa dosanya agar mendapatkan keselamatan. Untuk
mendukung dan membantu almarhum, keluarganya yang masih hidup dapat
mendoakannya (doa untuk arwah), atau melakukan penebusan untuknya dengan cara
Penitensia (penebusan dosa dengan amal).
-
Tentang Maria yang diangkat statusnya menjadi Bunda
Allah dan sekaligus menjadi orang kudus yang lebih tinggi statusnya dari
orang-orang Kudus lainnya.
-
Tentang pemujaan terhadap orang-orang kudus dan
Relikwinya (barang-barang peninggalan orang Kudus misalnya, jubbah, salib,
tongkat dan lain-lain).
-
Tentang ajaran Transsubstansiasi.
Bahwa Roti
dan Anggur perjamuan kudus setelah didoakan oleh Imam/pemimpin Ibadah saat itu
juga Roti dan Anggur tersebut menjadi benar-benar tubuh dan darah Kristus. Jadi
Roti dan Anggur itu tidak dimaknai sebagai lambang atau sekedar tanda. (1215
baru secara resmi disahkan oleh Paus Innocentius III)
-
Upacara perjamuan kudus itu dipandang sebagai ulangan
dari korban kristus di golgota. Jadi Roti dan Anggur yang adalah tubuh dan
darah Kristus itu dijadikan korban persembahan lagi untuk keselamatan umat.
Dan masih
banyak lagi ajaran-ajaran/doktrin-doktrin lainnya yang ditetapkan oleh
paus-paus berikutnya, yang mana semua ini mendapat penolakan dari sebagian
gereja-gereja timur yang masih tersisa termasuk pula oleh sebagian Uskup atau
ahli-ahli Theologia Katolik Roma sendiri.
PERINTIS
REFORMASI
John Wiclif
John Wiclif hidup di Inggris
sebagai guru besar di Oxford, dia sebagai penggerak perlawanan terhadap
pemerintahan paus pada abad XIII.
John Wiclif menentang ajaran
Katolik Roma tentang Transsubstansiasi perjamuan kudus, karena ritual
pelaksanaannya sama dengan penyembahan berhala dengan menganggap Roti dan
Anggur sebagai benar-benar Tuhan. Paus dengan segala doktrin-doktrin yang
menyimpang dari alkitab dikatakannya sebagai antikris.
Susunan organisasi gereja secara
hierarkhie menunjukan sifat keduniawian, sehingga ditentang oleh John Wiclif,
demikian pula dengan pemujaan terhadap orang-orang kudus santo dan santa, serta
mendoakan arwah orang yang sudah mati, dipandangnya sebagai ritual kafir dan
tidak alkitabiah. Akibat perlawanannya ini, John Wiclif dikutuk oleh paus dan
oleh gereja Katolik Roma, namun sampai akhir hayatnya tahun 1384 John Wiclif
tetap mendapat dukungan dari raja dan para bangsawan serta sebagian besar
rakyat Inggris.
Johannes Hus 1369-1415.
Johannes Hus adalah seorang guru
besar dan penghotbah terkenal di Praha, Ia meneruskan ajaran-ajaran John Wiclif
kepada mahasiswanya dan kepada umat Kristen di Bohemia; walaupun Johannes Hus
sebagai penerus John Wiclif, namun dia tidak menolak ajaran Transsubstansiasi
tentang perjamuan kudus, sikapnya yang mendua ini menjadi pertanyaan di banyak
kalangan “apakah karena ketakutannya terhadap paus dan gereja?” atau karena
memang keyakinannya. Bagaimanapun gereja tetap memvonisnya sebagai penyesat dan
akhirnya Johannes Hus ditangkap dan di bakar hidup-hidup pada tanggal 6 Juli
1415 bersama seorang temannya.
ERA
REFORMASI
Banyak orang Kristen menganggap
bahwa Katolik Roma atau Roma Katolik adalah agama atau gereja yang lebih dahulu
ada dari agama Kristen atau gereja Kristen.
Inilah pemahaman yang keliru akibat
dari ketidak tahuan akan sejarah Kekristenan ; sebelum Katolik Roma ada gereja
Kristen atau agama Kristen sudah ada, berkembang mulai dari sinagoge-sinagoge
di Palestina terus merambat keluar dari Palestina dan gereja-gereja mulai tumbuh
di daerah pesisir laut tengah dan di antiokia untuk pertama kali mereka disebut
Kristen, dalam perjalanan selanjutnya gereja-gereja Kristen ini disebut dengan
gereja Katolik Gerika atau gereja Ortodoks.
Setelah Katolik Gerika ini
berhasil mengkristenkan kekaisaran Romawi dan selanjutnya Katolik Gerika ini
diterima penduduk maka lahirlah agama Katolik Roma yang membedakan diri dengan
Katolik Gerika/Kristen yang mula-mula.
Katolik Roma terus berkembang dan
penyimpangan/penyelewengan terhadap Alkitabpun makin menjadi-jadi setelah
memasuki abad ke XV yang menyebabkan timbulnya gerakan-gerakan pembaharuan
menentang segala penyimpangan terhadap Alkitab. Perlawanan ini dimulai dari
John Wiclif, Johanes Hus, kemudian oleh Marthin Luther dan Zwingli, lalu di
lanjutkan oleh John Calvin dan John Knox.
Di Jerman gerakan pembaharuan atau
Reformasi ini mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, mulai dari
istana Raja sampai ke pedesaan kalangan rakyat jelata, demikian pula di Jenew a,
Prancis, Belanda dan Inggris. Tujuan Reformasi pada hakekatnya untuk menegakkan
kebenaran kitab suci Alkitab dan mengembalikan gereja kepada ajaran kitab suci
atau kebenaran Alkitab, bukan untuk mendirikan agama baru yang memberontak
terhadap Katolik Roma.
Tetapi karena Katolik Roma menolak
pembaharuan yang diperjuangkan, maka pihak yang memperjuangkan Reformasi ini
tampil memisahkan diri dari Katolik Roma, dan dikenal dengan Kristen Protestan
yang lahir dari agama/gereja Katolik Roma, sebagai kelompok orang-orang yang
sadar akan kesalahannya dan mau kembali kepada jalan yang benar sesuai Alkitab
atau kembali pada eksistensi gereja mula-mula yang untuk pertama kali mereka
disebut Kristen.
Marthin Luther.
Marthin Luther lahir pada tanggal
10 November 1483 di Eisleben Prov Gaxony Jerman, ayahnya bernama Hans Luther
dan ibunya bernama Margarethe. Orang tuanya bercita-cita agar Marthin Luther
menjadi seorang ahli hukum, maka Marthin Luther pada 1501 dimasukkan ke sekolah
filsafat di Erfurt agar nantinya dapat meneruskan ke falkutas hukum (sekolah
tinggi ilmu Hukum).
Pada tahun 1505 Marthin Luther
berhasil melanjutkan ke pendidikan ilmu hukum, tetapi beberapa waktu kemudian
terjadi perubahan besar dalam kehidupan Marthin Luther yang sangat menekan
suasana kebathinannya.
Marthin Luther merasa dirinya
sangat terbeban dengan dosa-dosanya dan dia merasa sangat jauh dari harapan
akan keselamatan yang diajarkan di gereja oleh para Uskup. Marthin Luther terus
berupaya untuk keselamatan jiwanya dengan melakukan seluruh ajaran gereja
Katolik Roma, berbuat amal baik sebanyak-banyaknya, menyiksa diri, berpuasa,
dan seluruh sakramen gereja dipatuhi, dia juga mendoakan arwah dari kakek dan
neneknya.
Dari perubahan sikap dan
perilakunya ini Marthin Luther mendapat pujian sebagai seorang yang setia pada
ajaran gereja. Kemudian pada saat Marthin Luther dalam perjalanan kerumahnya,
turun hujan lebat disertai petir yang sambung menyambung, seolah-olah hendak
menghajarnya. Sebagai orang berdosa ditengah hujan badai itu, dia bertelut dan
menyerahkan diri dan berdoa memohon keselamatan dari Santa Ana dan bernazar
bila dia luput dari petir yang sambar menyambar ini, dia akan menjalani hidup
kerahiban/menjadi rahib; seketika itu juga petir berhenti dan selanjutnya ia
pun memenuhi nazarnya, lalu masuk ke biara Augustin. Didalam biara inilah
Marthin Luther dapat dengan bebas membaca dan mempelajari kitab suci Alkitab,
baik perjanjian lama maupun perjanjian baru; surat Roma I : 16-17 menjadi titik
balik bagi kehidupannya dan makin kuat desakan bathinnya untuk mengungkap
kebenaran yang sesungguhnya dan menentang penyimpangan, baik yang diajarkan
maupun yang dilakukan oleh gereja. Setelah 2 tahun lebih Marthin Luther mempelajari
theologi Katolik Roma dalam biara tersebut, akhirnya dia di tabiskan menjadi
imam pada tahun1507, dan pada tahun 1512 Marthin Luther mencapai gelar Doktor
Thelogia, lalu menjadi guru besar ilmu tafsir Alkitab serta memimpin dan
menjadi penilik sebelas biara Ordo Augustin disamping sebagai penghotbah di
gereja Wittenberg.
Setiap hotbah atau sajian
pelajarannya selalu bermuara pada firman Tuhan dalam Roma I : 16-17 terutama
kalimat terakhir dari ayat 17 “orang benar akan hidup oleh Iman”.
Berdasarkan firman ini, Marthin Luther mengerti bahwa segala perbuatan manusia,
meski sangat baik dan saleh sekalipun, semuanya tidak berharga di hadirat
Tuhan. Marthin Luther tidak percaya lagi bahwa segala
amal baik dan dosa manusia akan diperhitungkan satu persatu, lalu debet dan
kreditnya akan menentukan saldo keselamatan atau kebinasaan.
Marthin Luther mulai sadar, bahwa
kebenaran Allah tidak lain dari pada suatu pemberian yang dianugerahkan kepada
manusia sebagai hidup yang kekal dan pemberian kebenaran itu harus disambut
dengan iman. Menurut Marthin Luther inilah kebenaran Allah yaitu kebenaran yang
diterima manusia bukan dari hasil usaha dan kekuatannya. Jadi
kata Marthin Luther : “Tuhan yang rahmani itu membenarkan manusia dengan rahmat
dan oleh iman saja”. Ajaran gereja yang menyatakan bahwa rahmat Allah
dicurahkan kedalam manusia melalui sakramen, adalah suatu kesalahan penafsiran
kalau bukan suatu kebohongan, karena menurutnya keselamatan itu hanya dapat
disambut dengan iman, bukan oleh sakramen.
PERTIKAIAN TENTANG INDULGENSIA
Praktek penjualan surat penghapusan
siksa atau indulgensia telah meledakkan gerakan reformasi di jerman. Hal ini
merupakan klimaks pergolakan bathin Marthin Luther, setelah mengetahui latar
belakang penjualan surat indulgensia tersebut.
Pada waktu itu uskup agung Albrecht
dari Mainz mengambil alih dua daerah keuskupan lain yang tidak ada uskupnya,
sehingga uskup mendapat tuaian pendapatan tiga kali lipat. Kebijakan ini
mendapat penolakan dari Paus Leo X di Roma, kecuali Albrecht bersedia membayar
10.000 keping uang emas kepada paus sebagai simoni/imbalan dari jabatannya
kepada gereja. Guna memenuhi tuntutan simony itu Albrecht meminjam dari Bank
Fugger di Augs burg, yang selanjutnya tidak dapat dilunasinya.
Sebagai jalan keluar paus menyarankan
agar Albrecht memperdagangkan surat indulgensia (penghapusan siksa api
penyucian) di seluruh wilayah keuskupannya dan hasilnya sebagian untuk melunasi
hutang, sebagian lagi disetor kepada paus untuk biaya pembangunan gedung gereja
sato Petrus di Roma.
Penjualan indulgensia ini mendapat
sambutan positif dari umat, karena mereka memang telah terbius oleh
hotbah-hotbah yang menakutkan tentang api penyucian, sehingga surat indulgensia
ini bagi umat merupakan jaminan terbebaskan dari siksa dalam api penyucian dan
sekaligus sebagai tiket ke sorga.
Marthin Luther yang terlebih dahulu
telah menyangsikan ajaran-ajaran gereja yang menyimpang dari ajaran alkitab
tidak dapat menahan diri lagi, dengan spontan dia memprotes dan menyatakan
penolakannya, menantang kebijakan paus tentang penjualan indulgensia tersebut.
Selanjutnya Marthin Luther menginfentarisir seluruh penyimpangan alkitab yang
dilakukan oleh gereja katolik roma dan terdapat 95 penyimpangan. 95 penyimpangan itu ditulis lalu ditempelkan
pada papan kemudian dipakukan disamping pintu gerbang gereja istana Wittenberg
pada tanggal 31 Oktober 1517 dengan mengundang para cendikiawan serta para
theolog katolik roma untuk melakukan debat terbuka tentang penyimpangan gereja
tersebut.
Debat terbuka tidak pernah terjadi,
tetapi 95 butir penyimpangan itu telah menjadi bahan pembicaraan diseluruh
jerman; percetakan dan massmedia jerman
mengutip 95 penyimpangan itu dan diberitakan keseluruh dunia Eropa.
Para uskup di jerman pun tidak
berani memperdebatkan hal tersebut secara langsung dengan Marthin Luther, mereka
hanya menyatakan bahwa ajaran Marthin Luther adalah sesat dalam setiap hotbah
mereka, tetapi Marthin Luther dengan tegar pada setiap kesempatan berhotbah
atau mengajar, dia menjelaskan dengan rinci setiap penyimpangan itu dengan
berpedoman pada ajaran alkitab.
Istana paus dan seluruh keuskupan
roma gempar, paus mengeluarkan keputusan mengutuk Marthin Luther dan
menetapkannya sebagai penyesat yang patut mendapat hukuman gereja, karena Marthin
Luther tetap menentang dan tidak mau menarik pernyataan nya itu.
Paus Leo X memerintahkan kardinal
Cajetanus orang italia dari Ordo Dominikan memeriksa Marthin Luther; dalam
debat itu Marthin Luther menjelaskan kembali semua penyimpangan itu dari sudut
pandang alkitab, selanjutnya Marthin Luther meminta agar dia diadili langsung
oleh paus.
Paus Leo X mengutus lagi seorang
ahli theologi katolik roma bernama John Ech untuk memperdebatkan ajaran sesat
Marthin Luther tersebut, dalam debat itu john Ech tidak dapat melanjutkan
pertanyaannya ketika dia diminta oleh Marthin Luther menunjukkan dasar-dasar
alkitabiah tentang kebijakan dan ajaran-ajaran gereja yang menyimpang tersebut.
Selanjutnya Marthin Luther
mempertanyakan hak dan kuasa paus dalam alkitab sebagai orang suci/kudus yang
terpilih untuk mewakili kristus di bumi; dengan lantang Marthin Luther
menyatakan bahwa paus tidak mempunyai kuasa atas api penyucian, dan api
penyucian itu sendiri tidak ada dasarnya dalam alkitab.
Para raja dan Kaiser, serta
pejabat-pejabat gereja saling bersebrangan karena banyak diantara mereka yang
memihak pada Marthin Luther dan sebagian kecil saja yang memihak pada paus;
Marthin Luther mendapat dukungan dan perlindungan dari raja Frederik serta kaum
bangsawan sampai kaum petani di pedesaan. Atas dukungan para sahabatnya Marthin
Luther terus menulis buku-buku dan diktat-diktat yang terfokus pada upaya
menyadarkan para pimpinan gereja untuk kembali kepada kemurnian Alkitab.
Paus dengan kutukannya terhadap
Marthin Luther terus mendesak dan menekan agar Marthin Luther menarik
pernyataan-pernyataan nya, kemudian membujuk Kaiser Karl V untuk menyingkirkan
Marthin Luther dan ajaran sesatnya itu. Kaiser mengadakan sidang kekaiseran di WORMS dan
mengundang Marthin Luther memberi penjelasan tentang ajaran ajaran sesatnya
itu; para sahabat Marthin Luther menasihatinya untuk tidak memenuhi undangan
tersebut, mereka sangat menguatirkan keselamatan Marthin Luther, tetapi Marthin
Luther tetap pergi menghadiri sidang kekaiseran tersebut, di hadapan para Raja, Kaiser dan para Theolog
Katolik Roma Marthin Luther membacakan
pembelaannya lalu di tutup dengan firman Tuhan dalam Roma 1 ayat 17 “orang benar akan hidup oleh iman”, tetapi sidang itu tetap memihak pada
Paus.
Dalam perjalanan pulang, ditengah
hutan Marthin Luther dengan keretanya dihadang oleh sepasukan bersenjata,
Marthin Luther ditangkap dengan mata tertutup dia dilarikan kesuatu tempat yang
tidak diketahuinya. Orang-orang dan para sahabatnya tidak mengetahui bagaimana
nasib Marthin Luther, mereka mengira Marthin Luther telah dibunuh; tetapi
sebenarnya hal tersebut dilakukan atas perintah Raja Frederik yang sangat
menguatirkan keselamatan Marthin Luther, sehingga dia perlu dilindungi dan
melarangnya untuk bepergian kemana-mana, karena ada pihak-pihak yang menginginkan
kematian Marthin Luther sesegera mungkin.
Dari tempat persembunyiannya itu
dengan menggunakan nama samaran Junker Georg, Marthin Luther terus menulis buku-buku
dan tulisan-tulisan lainnya untuk dijadikan pegangan bagi para sahabatnyadalam
menghadapi gereja katolik roma dan orang
-orang suruhan paus; tulisan-tulisan tersebut dikirim bukan saja kepada
para sahabatnya, tetapi dikirim juga kepada para uskkup gereja dimana Marthin
Luther sering berhotbah dan kepada para pemimpin biara tempat dimana Marthin
Luther sering mengajar, oleh para sahabatnya tulisan-tulisan itu diperbanyak
dan disebarkan kepada para pendukung lainnya;
karyatulisnya memberikan inspirasi sebagai kabar penemuan injil yang
benar lalu gerakan reformasi dirubah
menjadi gerakan INJILI. Kelompok mereka disebut Protestan karena sikap kritis
dalam setiap sidang Kekaisaran, terus memprotes paus dan gereja Katolik Roma. Pada
tahun 1526 gereja Injili I berdiri di Saksendan Hessen, Di bawah pimpinan Raja
masing-masing, yaitu Johan Frederik dan Philip.
Marthin Luther meninggal pada
tanggal 18 Februari 1546 di kota kelahirannya Eisleben meninggalkan seorang
istri bernama Katarina Von Bora mantan biarawati yang dinikahinya pada tanggal
13 Juli 1525, Marthin Luther di makamkan pada tanggal 22 Februari 1546 di
halaman gereja istana Wittenberg.
Pertikaian antara Kristen Protestan dengan Katolik Roma yang
mendapat dukungan dari penguasa/kaisar Karel V makin sengit, sampai pada tahun
1547 dalam pertempuran di Muhlberg Raja Philip dengan Raja Frederik di tangkap
dan di tahan oleh kaisar.
Pada tahun 1552 kedua raja tersebut dilepas kembali untuk
meredam gejolak masyarakat sambil menunggu sidang kenegaraan untuk penyelesaian
pertikaian tersebut.
Sidang kenegaraan itu akhirnya dilaksanakan di Angsburg pada
tahun 1555 sebagai solusi untuk penyelesaian pertikaian dan berakhir dengan
kesepakatan dari dua pihak yang bertikai serta dukungan para penguasa, kaisar
dan raja-raja dari kedua pihak; bahwa agama Reformasi atau Kristen Protestan di
akui sebagai Agama resmi yang setara dan memiliki hak yang sama dengan Agama
Katolik Roma.
ULRICH
ZWINGLI 1484-1531
Berbicara
tentang Marthin Luther sebagai Reformator kita tidak dapat mengabaikan Zwingli
yang hidup sezaman dengan Marthin Luther sebagai salah satu pejuang Reformasi
yang gigih menentang ajaran Katolik Roma yang menyimpang dari Alkitab. Walaupun
keduanya sama-sama sebagai Reformator, tetapi keduanya berbeda
latar belakang :
·
Marthin Luther berlatar belakang Theologi
Katolik Roma sebagai Doktor Theologia, sedangkan Zwingli berlatar belakang
Theologia Scholastik dan Humanis Scholastik.
·
Marthin Luther dalam perjuangannya lebih
menitik beratkan pada Theologia dan kemurnian Alkitab, sedangkan
Zwingli selain pada kemurnian Alkitab, Dia juga mengadakan
pembaharuan gereja secara lahiriah atau pembersihan gereja dari anasir-anasir
yang tidak Alkitabiah.
·
Marthin Luther basis perjuangannya
di Jerman, sedangkan Zwingli di Swiss.
Tahun
1518 Zwingli dipanggil untuk menjadi Pendeta Tentara di Zurich dan ditugaskan
memimpin gereja di kota tersebut.
Dari
pengalaman Pendeta ini, Zwingli meninggalkan ajaran theologia scholastik lalu
mulai mendalami ajaran-ajaran Marthin Luther dengan terlebih dahulu
menginventarisir seluruh buku dan tulisan Marthin Luther untuk dipelajarinya.
Zwingli
juga mengamati dengan cermat setiap
debat terbuka antara Marthin Luther dengan Penguasa-penguasa, Para Uskup
Katolik Roma dan Para ahli theology
Katolik Roma serta para cendikiawan agama Katolik Roma. Dari hasil debat
tersebut, Zwingli mendapat inspirasi dan
kekuatan moril sehingga dia percaya bahwa perjuangannya ada di jalan yang
benar.
Tahun
1520 Zwingli mulai aktif mengkritisi segala penyimpangan Alkitab oleh gereja Katolik
Roma melalui khotbah-khotbahnya dan pada setiap kesempatan dalam pertemuan
dengan para tokoh agama Katolik Roma.
Tanggal
29 Januari 1523 Dewan Kota Zurich mengadakan debat terbuka antara Zwingli
dengan para theolog Katolik Roma. Dalam debat tersebut Zwingli menguraikan 67
dalil pembaruan gereja yang diperjuangkannya agar kembali pada kemurnian
alkitab.
Dari
debat ini Zwingli mendapat dukungan dari Dewan kota dengan ditetapkannya
peraturan bagi setiap Penghotbah harus memberitakan kebenaran dan kemurnian
injil Kristus dalam setiap hotbah mereka; jadi dalam hal ini gereja diajak
untuk kembali kepada kemurnian dan kebenaran Injil Kristus.
Peraturan
tersebut telah membangkitkan semangat pembaruan di kalangan umat sehingga
mereka dengan berani memasuki gedung-gedung gereja untuk membersihkan gereja
dari segala anasir yang tidak alkitabiah, patung-patung dan salib-salib
dikeluarkan dari gereja lalu di hancurkan, mezbah pengorbanan diganti dengan
meja perjamuan.
Zwingli
merubah Upacara misa pengorbanan Kristus dalam setiap perjamuan kudus, diganti
dengan kebaktian biasa yang lebih sederhana, sehingga dalam perjamuan kudus tidak ada lagi upacara
pengorbanan Tubuh dan Darah Kristus sebagai upaya manusia untuk mendapatkan
keselamatan.
Dari
seluruh aktifitas tersebut, yang lebih prinsip dalam upaya pembaruan adalah
tentang ajaran Transsubstansiasi perjamuan kudus Katolik Roma; karena Mathin
Luther tetap mengakui ajaran Transsubstansiasi
perjamuan kudus, dengan argumen bahwa
ketika Tuhan Yesus mengambil Roti perjamuan paskah itu, Tuhan Yesus berkata :
“Inilah Tubuhku ….”.
Jadi
menurut ajaran Transsubstansiasi Roti
dan Anggur perjamuan kudus itu setelah didoakan oleh Imam atau Pemimpin ibadah,
seketika itu juga Roti dan Anggur tersebut menjadi benar-benar Tubuh dan Darah
Kristus.
Zwingli
menolak dengan keras ajaran transsubstansiasi tersebut, karena menurut Zwingli
pada saat Tuhan Yesus mengatakan “Inilah Tubuhku ….”, tidak serta merta Roti
dan Anggur itu berubah menjadi Tubuh dan Darah Tuhan Yesus. Saat itu Tuhan
Yesus hanya ingin menunjukan bahwa Roti perjamuan itu sebagai kiasan dari
TubuhNya yang akan dikorbankan demi penebusan dosa manusia. Karena ketika Tuhan
Yesus mengatakan : “Inilah Tubuhku”, saat itu Tubuh Tuhan Yesus belum menjadi
korban penebusan dosa, tubuh Tuhan Yesus
masih utuh, artinya masih ada sebagaimana adanya saat itu.
Beda
pendapat ini merambat sampai kepada kalangan umat masing-masing yang
mengakibatkan seluruh umat/pengikut Marthin Luther di Jerman bagian
selatan beralih mengikuti Zwingli, hal ini menyebabkan kemarahan
Marthin Luther kepada Zwingli.
Untuk
menyatukan perbedaan pendapat ini Raja Philip dari Hessen mengajak Marthin
Luther untuk mengadakan debat terbuka dengan Zwingli, guna membahas perbedaan
pandangan theologis tersebut.
Pertemuan
debat terbuka dilaksanakan pada awal Oktober 1529 di kota Marburg; dalam debat
tersebut masing-masing pihak tetap dengan pendirian dan Pandangan masing-masing
sehingga berakhir tanpa hasil.
.Setelah perdebatan itu, Marthin Luther
merenungkan kembali materi perdebatan
mereka, lalu dalam hatinya Marthin Luther sadar bahwa ajaran
Transsubstansiasi perjamuan kudus Katolik Roma adalah suatu kesalahan. Menurut Marthin Luther, yang benar adalah
Konsubstansiasi, karena substansiasi dari materi Roti dan
Anggur tidak pernah berubah menjadi substansi Zat atau materi yang lain, melainkan
substansi Ilahi dari Tubuh dan Darah Kristus yang mendiami atau hadir pada
materi Roti dan Anggur tersebut setelah di doakan. Untuk menjelaskan hal
tersebut, Marthin Luther mengibaratkannya seperti Besi Pijar, besi itu tidak
pernah berubah menjadi api yang berpijar, tetapi besi itu berpijar karena
kehadiran panasnya api yang membakar; demikian pula dengan kehadiran Kristus
dalam Roti dan Anggur perjamuan tersebut.
Jadi
Roti dan Anggur perjamuan tidak berubah menjadi Tubuh dan Darah Tuhan Yesus,
tetapi dalam Roti dan Anggur perjamuan itu hadir Tubuh dan Darah Tuhan Yesus
setelah di doakan.
JOHANNES
CALVIN 1509-1564
Johannes Calvin lahir di kota Noyon
Perancis Utara pada tanggal 10 juli 1509, Ayahnya pegawai keuskupan, ibunya
meninggal ketika Ia masih remaja.
Pada
tahun 1523 Calvin masuk sekolah Latin di Paris, mempelajari ilmu Humanisme dan Scholastik, Setelah
Calvin menamatkan pendidikannya Ia melanjutkan ke Sekolah Tinggi Ilmu Hukum di
Orlean, tetapi setelah ayahnya meninggal pada tahun 1531 Calvin kembali ke
Paris dan memperdalam Ilmu Humanisme. Tahun 1532 Calvin menyelesaikan penulisan
bukunya yang I dengan judul “Hati
Yang Lembut ” berisi uraian moralis humanis. Pada tahun 1533
terjadi perubahan dalam kualitas hidup Calvin, Dia mulai meninggalkan ajaran
Humanis dan berbalik dari tokoh Humanis Erasmus kepada tokoh injili dan
Reformasi Marthen Luther, hidupnya sekarang hanya untuk pemberitaan
Injil Kristus. Atas rencana dan kehendak Tuhan maka Calvin terjun langsung
dalam perjuangan Reformasi. Calvin
menulis bukunya yang II “Pengajaran
Agama Kristen” yang disebut Institutio
atau “Christianae
Religionis Institutio” terbit pada tahun 1536
dengan tidak menyebut nama penulisnya dan selanjutnya kitab ini menjadi dogma
Reformasi.
Setelah
penerbitan bukunya Calvin berangkat ke Italia Utara, kemudian
dalam perjalanan kembali ke Strasburg,
Calvin singgah di Jenewa Swis. Kedatangan Calvin di
Jenewa disambut dengan gembira oleh Pendeta Injili Willem Farel yang sangat
bersimpati atas buku-buku karya Calvin yang telah memberikan masukan dan
dukungan moril baginya dalam pelaksanaan tugas penginjilan di Jenewa.
Willem
Farel sangat mendesak agar Calvin mau menetap di Swis atau Jenewa untuk
membantunya dalam tugas-tugas
Reformasi gereja di Swis, tetapi
dengan keras Calvin menolak permintaan tersebut karena merasa tidak mempunyai bakat lapangan, tugas
Reformasi bagi Calvin cukup dengan paparan dalam buku-buku yang ditulisnya dan
Dia berjanji akan terus menulis. Karena penolakan yang keras itu, Pendeta Willem Farel dengan suara lantang
berkata : “Dengan nama Allah yang
maha kuasa aku katakan padamu, Jikalau
engkau tidak mau menyerahkan dirimu
kepada pekerjaan Tuhan ini, Allah akan
mengutuk engkau, karena
engkau lebih mencari kehormatan diri sendiri, daripada Kemuliaan
Kristus.“
Mendengar
hal tersebut, Calvin terdiam
karena dalam ucapan Pendeta tersebut
Calvin mendengar suara panggilan Tuhan; dan akhirnya Calvin
memutuskan untuk tinggal di Jenewa bersama
Pendeta Willem Farel. Tugas pertama Calvin adalah menata gereja, dalam upaya tersebut Calvin mulai dengan
meniadakan aturan-aturan gereja yang bertentangan atau menyimpang dari Alkitab.
Calvin melakukan pendidikan Katekisasi bagi umat, sehingga umat dapat membedakan
mana yang benar dan mana yang salah; Aturan selibat bagi
pejabat gereja di hapus, upacara misa pengorbanan yang mengiringi perjamuan
kudus, diganti
dengan kebaktian biasa secara sederhana; perjamuan kudus
dilakukan sekali sebulan dan bagi kaum awam diperkenankan menerima Cawan anggur perjamuan. Dalam hal
penegakan disiplin gereja, dilaksanakan sendiri oleh gereja, tidak diserahkan kepada Kaisar atau Dewan kota
karena hanya Kristus menjadi kepala gereja, ini berbeda dengan penerapan
disiplin gereja oleh Luther dan Zwingli yang menyerahkan kepada penguasa dunia,
Kaisar
atau Dewan kota. Aturan disiplin Calvin ini mendapat perlawanan dari
pemerintah/kaisar dan Dewan kota, yang
berakhir dengan diusirnya Calvin dan Willem Farel dari Jenewa, keduanya dibuang ke Strasburg; jemaat yang ditinggalkan dipimpin oleh
Pendeta-Pendeta oleh dari Bern.
Setelah
terjadi peralihan kekuasaan dewan kota Jenewa dan yang berkuasa adalah
orang-orang injili teman seperjuangan Calvin, mereka membujuk Calvin dan Farel
untuk kembali ke Jenewa, atas desakan temannya Calvin dan Farel menyetujui
kembali ke Jenewa. Dengan kembalinya Calvin dan Farel pada tahun 1541, Calvin
memulai tugasnya dengan menetapkan peraturan gereja secara baik dan benar.
Antara
lain peraturan tentang pejabat –pejabat gereja atau jabatan-jabatan dalam
gereja :
· Peraturan tentang jabatan Pendeta serta
tugas, kewajiban dan hak Pendeta.
· Jabatan
Pengajar (doctor), bertugas untuk mengajar
katekisasi dan theologia.
· Jabatan
Penatua, untuk
membantu Pendeta dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dan membina disiplin umat.
· Jabatan
Syamas (diaken) untuk tugas melayani jemaat yang sakit atau miskin.
Para
Pendeta dan para penatua bersama-sama sebagai konsistori yaitu majelis gereja
melayani kebutuhan rohani jemaat dan menegakkan disiplin gereja; seluruh
pejabat gereja kepalanya adalah Kristus sebagai kepala gereja. Bila terjadi
pelangggaran disiplin oleh umat, maka sanksi yang dijatuhkan harus bertahap;
Pertama
bagi pelanggar dikenai hukuman teguran atau dinasehati dan melakukan pengakuan
dosa.
Tahap
berikut Penolakan dari Perjamuan Kudus, terakhir pengucilan dari gereja.
Bila
seluruh upaya tidak berhasil dan yang bersangkutan tetap berkeras kepala, maka
orang tersebut diserahakn kepada pemerintah dunia untuk dikenai sanksi sesuai aturan hukum dunia yang berlaku (sanksi pidana).
Untuk
meningkatkan Pertumbuhan iman jemaatnya,
Calvin menulis lagi beberapa buku sebagai bahan pelajaran bagi jemaat, antara lain
buku “Katekismus Jenewa” berisi uraian tentang Iman, Hukum, Doa dan Sakramen.
Tatacara
kebaktian gerejapun ditata kembali, segala yang berbau Katolik Roma dikeluarkan
dari gereja atau dihapus dari tata ibadah gereja dan seluruh ajaran Zwingli
ditindaklanjuti oleh Calvin.
Pada tahun 1559 Calvin
mendirikan Fakultas atau Sekolah Tinggi Theologia di Jenewa; banyak diikuti
oleh Mahasiswa dari luar Jenewa misalnya dari, Belanda, Inggris, Skotlandia
(John Knox), dari Jerman, Hungaria, Polandia, Denmark, dan diantara mahasiswa
tersebut ada yang telah mendalami ajaran Marthin Luther. Melalui mereka inilah
ajaran pembaruan Calvinis merambat dunia Eropa, Amerika, bahkan sampai ke Indonesia.
TENTANG
PREDESTINASI
Pusat kepercayaan
Calvin tidak lain dari pusat kepercayaan Marthin Luther yakni Pembenaran orang berdosa oleh Yesus
Kristus hanya oleh Iman, bukan oleh hasil usaha manusia. Calvin sangat
menghormati Marthin Luther sebagai gurunya. Menurut Calvin, Marthin Luther
adalah Pembaru Gereja yang jauh lebih tinggi dari Zwingli, tetapi dalam hal
ajaran Predestinasi, Calvin lebih
mendekat kepada Zwingli. Walaupun Luther mengakui dan percaya tentang hal
takdir Allah atau Predestinasi, tetapi jarang dibicarakan oleh Luther, berbeda
dengan Zwingli dan Calvin yang meninjau Predestinasi dari Firman Tuhan dalam
Alkitab, tidak menurut filsafat yunani yang platonisme.
Menurut Calvin di dunia
ini terdapat dua kelompok manusia dari
sudut pandang predestinasi, yaitu manusia yang
menerima firman Tuhan dan percaya dengan imannya serta manusia yang menolaknya;
dibalik
keputusan manusia itu terdapat keputusan Tuhan untuk memilih atau membuang, diselamatkan
atau dibinasakan, keputusan Tuhan ini telah di tetapkan dari semula sebelum manusia
itu di lahirkan. Tugas dan kewajiban orang
percaya adalah membuktikan bahwa dirinya adalah benar orang yang telah di tentukan untuk menerima keselamatan
yang dianugerahkan itu, dan proses
pembuktian ini akan tampak dalam kehidupannya sehari-hari sebagai buah- buah
iman.
TENTANG
PERJAMUAN KUDUS
Tentang perjamuan
kudus, Calvin mencoba menyatukan pandangan- pandangan yang berbeda antara
Luther dan Zwingli, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pendapat Calvin sama
saja dengan Zwingli yang menolak Transubstansi perjamuan kudus. Calvin
menolak pendapat Luther bahwa tubuh Kristus yang dipermuliakan itu dapat hadir
dimana saja, seolah-olah tubuh manusiawi Yesus telah dihilangkan, sedangkan
kenyataannya tubuh manusiawi itu masih tetap ada dan inilah yang ditunjukan
oleh Yesus waktu Tuhan Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-NYA (Lukas
24:39) Jadi adalah suatu kesalahan besar
bila Roti dan Anggur itu dikatakan sebagai benar-benar Tubuh dan Darah Kristus,
atau Tuhan Yesus benar-benar hadir dalam Roti dan Anggur perjamuan tersebut. Menurut
Calvin Roti dan Anggur perjamuan itu harus dipandang sebagai Tanda dan Materi
anugerah kasih Allah dalam Yesus Kristus; oleh karena itu Calvin mengajar
umatnya agar tidak berpaut pada Roti dan Anggur yang kelihatan itu, tetapi lebih mengarahkan hati dan pikiran pada
Roti dan Anggur yang tidak kelihatan itu, yang saat ini ada di sebelah kanan Bapa di
sorga.
Calvin tetap membedakan antara Tanda dengan yang ditandakan atau antara
Lambang dengan yang dilambangkan, tetapi
keduanya tidak dapat dipisahkan, karena
saat materi Roti dan Anggur diterima dengan mulut, saat itu hati dan pikiran kita dipersatukan
dengan Tubuh dan Darah Kristus yang ada di Sorga itu; disinilah nilai rohaninya bukan pada materi
Roti dan Anggurnya, tetapi pada saat
kita memakan Roti itu dan mengecap Anggur perjamuan itu, hati dan pikiran kita tertuju pada Yesus
Kristus yang telah menjadi korban untuk keselamatan kita.
Catatan
Diangkat
dari Buku Sejarah Gereja
Karangan
Dr. H. Berkhof
bersama
Dr. I.H. Enklaar
Cetakan
ke 5
Oleh : John
Abatan, SH